Jonatan memulai game pertama dengan baik dan selalu memimpin perolehan angka, namun kesalahan yang kerap dilakukan membuat Antonsen mampu menyamakan kedudukan 8-8. Meski kembali sempat unggul 16-11, Jonatan tak mampu membendung kebangkitan Antonsen yang mengambil tujuh angka berikutnya sekaligus balik memimpin 19-16 hingga akhirnya menutup game pertama 21-18.
“Kuncinya di game pertama. Di awal saya melihat dia tegang, beberapa kali saya cuma ladeni stroke dia. Tapi saat dua kali smash dan senar saya putus, saya jadi ragu-ragu, mau smash atau masuk dulu. Yang paling penting di poin 16-11, dia main lebih cepat, dibawah 5-7 pukulan, karena dia tahu kalau mukul banyak akan mati,“ jelas Jonatan soal pertandingan.
Kekelahan di game pertama berdampak pada permainan Jonatana di game kedua. Antonsen terus menyerang dan menekan Jonatan hingga tak mampu mengembangkan permainan, hingga akhirnya mengakhiri perlawanan Jonatan di game kedua dengan skor 21-16.
“Saya sudah berusaha bangkit, tidak memikirkan game pertama, tapi tidak bisa dipungkiri, memang ada kepikiran. Evaluasinya, kalau sudah leading, harus tetap konsisten, jangan kendorin serangan. Kalau terjadi lagi, jangan memikirkan menang atau kalah, tapi terapkan strategi,” ungkap Jonatan.