Diawal game pertama Jonatan berhasil memanfaatkan kondisi Srikanth yang belum menemukan ritme permainan. Jonatan unggul 7-11 di interval game pertama. Srikanth Kidambi mulai bangkit selepas interval dan mulai perlahan mendekati poin Jonatan hingga berhasil menyamakan kedudukan di angka 15-15 lalu berbalik unggul 18-16. Jonatan berhasil bangkit dan merebut lima poin terakhir untuk menutup game pertama dengan skor 18-21.
“Di awal permainan, Srikanth belum langsung in, pergerakannya lambat. Sewaktu interval, dia sudah mulai in, pukulan net, smash, lob masuk terus, sudah bisa kontrol. Waktu saya sudah memimpin di angka 11 malah lebih cepat-cepat mau menyerang,” ujar Jonatan.
Di game kedua Jonatan langsung tancap gas, unggul 0-6, dan 4-11 di interval game kedua. Meski terus memimpin perolehan angka di game kedua, Srikanth mampu mengejar poin Jonatan hingga menyamakan angka 19-19. Beruntung Jonatan berhasil keluar dari tekanan dan menutup game kedua dengan skor 19-21.
“Di game kedua awal cukup bagus, saya memimpin 11-4 dan Srikanth mulai main nothing to lose, defense dulu, lebih sabar. Dia sudah siap saya serang, serangan saya jadi mentah hanya dikembalikan di depan net dan membuat saya berlari, ini cukup memakan tenaga,” tambahnya.
Di perolehan match poin terakhir bagi Jonatan, Srikanth sempat mengajukan protes terhadap keputusan hakim garis yang menyatakan pengembalian Jonatan jatuh di dalam lapangan. Namun wasit juga menyatakan bola masuk dan pertandingan selesai.
Di babak semifinal Jonatan akan ditantang young guns asal Denmark, Anders Antonsen yang sukses mengandaskan wakil Malaysia, Lee Zii Jia dengan skor 21-13 21-13. Besok akan menjadi pertemuan perdana bagi kedua pemain.
Nasib berbeda dialami tunggal putera Indonesia Anthony Sinisuka Ginting. Bertarung menghadapi unggulan satu asal Jepang, Kento Momota. Ginting tampil dibawah performa dan harus menyerah dua game langsung 21-9 21-10.
Berbeda dengan laga - laga sebelumnya ketika menghadapi Momota, dipertandingan tadi Ginting benar - benar tak mampu mengembangkan permainan. Momota lebih unggul baik dari sisi pertahanan maupun serangan.
“Momota tidak mudah dimatikan, dan tidak mudah membuat kesalahan sendiri. Saya sudah coba segala cara, inisiatif menyerang dulu, percepat tempo permainan, tapi tidak dapat kesempatan bola belakang untuk dismash,” ungkap Ginting.
“Saya juga sudah mecoba untuk main defense untuk menguras tenaga lawan, tapi dia lebih siap, akurasi bolanya bagus, saya sudah menekan, tapi tidak berhasil. Kalau soal beban sih tidak, malah saya mau enjoy, tapi Momota memang tidak mudah ditembus,” jelas Ginting.
Meski kecewa karena gagal mempertahankan gelar, namun Ginting tetap bersyukur atas capaian yang diraih pada turnamen kali ini.
“Tentunya ingin pertahankan gelar, tapi namanya pertandingan, ada yang menang ada yang kalah. Momota memang musuh bebuyutan saya, sekarang head to head saya tambah jauh, masih banyak yang perlu saya evaluasi,” tutur Ginting.