Game pertama dimulai dengan cukup ketat. Angga/Ricky beberapa kali harus tertinggal posisinya dari Lee/Tsai, 7-11, 11-17. Baru kemudian di posisi 14-19, Angga/Ricky mulai mengejar ketertinggalannya.
Setelah interval game pertama, keduanya mengaku merubah pola permainan. Pola permainan mereka yang awalnya banyak terburu-buru, diubah menjadi pukulan satu-satu ke arah lawan.
“Di awal kami mainnya terlalu buru-buru pengen matiin aja. Sementara kami polanya main adu cepat, dan lawan cocok dengan pola tersebut. Baru setelah interval, kami mulai ubah. Tetap adu cepat tapi kami kasih satu-satu dulu. Lawan jadinya nggak enak sendiri,” jelas Ricky mengenai pertandingannya.
Masuk game kedua, Angga/Ricky sempat terpimpin lawan lagi dengan 0-4 dan 6-9. Namun, setelah berhasil menyamakan poin dengan 10-10, Angga/Ricky terus melesat meninggalkan lawan. Mereka menang 21-13.
“Di game kedua sebenarnya sudah lumayan enak. Walaupun sempat tertinggal juga. Tapi akhirnya mereka malah terbawa pola kami,” ujar Ricky.
Ini merupakan pertemuan pertama Angga/Ricky dengan Lee/Tsai. Selain mempelajari lewat video pertandingan, Angga/Ricky juga melakukan diskusi dengan seniornya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
“Saya banyak nanya-nanya juga sama Koh Hendra gimana tentang lawan. Karena mereka kan sudah sering ketemu di lapangan. Koh Hendra banyak kasih masukan, harus main seperti apa di lapangan,” kata Ricky lagi.
Di babak dua, Angga/Ricky masih menunggu lawan antara Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, Jepang, dan Mark Lamfuss/Marvin Emil Seidel, Jerman.
Sayang kemenangan yang sama tak bisa diraih pasangan Berry Angriawan/Rian Agung Saputro. Berry/Rian kalah dua game langsung dari pasangan Tiongkok, Liu Xialong/Qiu Zihan, 13-21 dan 13-21.
Foto: badmintonindonesia.org