Tontowi/Liliyana pun harus pulang membawa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yaitu memperbaiki kualitas permainan mereka. Kekalahan ini menjadi bahan evaluasi untuk tampil lebih baik di turnamen mendatang.
“Gaya permainan kami harus diubah. Kami harus pintar merubah permainan agar tidak monoton ketika sudah terbaca oleh lawan," papar Liliyana.
Bermain di kandang sendiri dan mengantongi catatan kemenangan atas Tontowi/Liliyana di pertemuan terakhir saat BWF World Superseries Finals 2015, Chris/Gabrielle tampil lebih percaya diri. Tontowi/Liliyana dibuat kewalahan menangkis serangan lawan sejak awal permainan. Terus-menerus berada dalam tekanan, pasangan juara All England 2013 itu pun dibuat kesulitan mengembangkan pola permainan.
"Kami tidak dapat keluar dari tekanan dan malah masuk ke permainan mereka. Ini membuat kami lambat dalam merubah permainan," aku Liliyana.
Meskipun Tontowi/Liliyana kandas, Indonesia masih memiliki harapan dari nomor ganda campuran lewat pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto yang lolos ke semifinal setelah menang 21-14 dan 23-21 dari unggulan ketiga asal Tiongkok, Liu Cheng/Bao Yixin. Praveen/Debby sekaligus menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di kejuaraan All England 2016 ini.