"Saya ingin berbagi buat para pendukung saya selama mempersiapkan diri, buat keluarga dan juga berbagi buat korban bencana alam di Lombok yang juga tetap mendukung kami di Asian Games ini," kata Jojo sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Lebih lanjut Jojo mengatakan, yang menjadi fokusnya pada perhelatan Asian Games ini adalah upaya untuk menghentikan paceklik medali emas di sektor tunggal putra. Sebab, terakhir kali nomor tunggal putra mempersembahkan medali emas untuk Indonesia terjadi pada 2006 silam.
Sebelum Jonatan, Taufik Hidayat menjadi pebulutangkis tunggal putra terakhir yang meraih medali emas pada Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Saat itu, Taufik menang atas Lin Dan dari Tiongkok. Sejak itulah, tunggal putra Indonesia puasa gelar. Namun berkat keberhasilan Jonatan, tunggal putra Merah-Putih seolah mendapat angin segar untuk kembali berjaya di pentas multievent se-Asia ini.
"Selain itu, buat pribadi saya hanya ingin membuktikan bahwa saya bisa menjadi juara. Selama ini orang tidak percaya bahwa saya bisa menjuarai satu turnamen penting," sambungnya.
Menurutnya, satu hal yang manjadi pendorong semangatnya menjadi juara adalah permintaan ayahnya agar dia menaikkan bendera Merah Putih dan mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Selain itu, dukungan para supporter yang hadir di Istora maupun diseluruh penjuru Tanah Air sangat berpengaruh kepada keberhasilannya meraih medali emas di Asian Games 2018 ini.
"Pastinya saya persembahkan kemenangan saya untuk Tuhan, karena saya dikasih talenta. Juga untuk penonton di Istora dan yang di rumah juga, semua masyarakat Indonesia, keluarga dari papa, mama dan nenek saya mensupport saya dari kecil, serta pelatih dan tim support yang selama persiapan di Asian Games ini luar biasa dukungannya," pungkasnya.