“Sebenarnya saya tidak memutuskan untuk mencoba (lolos) ke Olimpiade Tokyo sampai akhir 2018 hingga awal 2019 lalu. Saya masih muda dan awalnya saya menargetkan Olimpiade yang pertama pada 2024. Tapi kemudian pada 2019 saya menyadari bahwa saja bisa (lolos) ke Tokyo 2020. Memang agak terlambat, tapi saya memutuskan berkomitmen untuk itu,” ungkap Brian Yang dalam wawancara bersama Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), sebagaimana dilansir bwfbadminton.com.
“Pada awalnya, kondisi itu menempatkan saya pada posisi yang buruk, karena saya tidak terlalu banyak pertandingan internasional dan peringkat (dunia) saya rendah. Jadi, saya harus memulai dengan turnamen yang lebih kecil. Tapi hal itu justru membuat perjalanan saya jadi lebih berharga. Karena saya harus memulainya dari posisi yang kurang menguntungkan,” tambahnya menjelaskan.
Singkat cerita, Brian berhasil lolos ke Olimpiade Tokyo berkat raihan 30,848 poin. Dia mendapatkan poin tambahan yang lumayan besar setelah sukses merebut medali emas di Kejuaraan Pan Am 2021 yang berlangsung di Guatemala pada 28 April lalu. Di partai final, Brian mendapatkan kemenangan setelah lawannya, Jason Anthony Ho-Shue (Kanada) memutuskan mundur karena mengalami cedera saat kedudukan 21-13 dan 18-10 untuk keunggulan Brian.
Kemenangan itu bukan cuma menjadi gelar Pan Am pertamanya, tapi juga poin tambahan untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. “(Kemenangan) itu sangat berarti bagi saya,” kata dia.
Kurang dari dua bulan jelang Olimpiade Tokyo, Brian mengaku terus memaksimalkan sisa waktu yang ada untuk mempersiapkan diri. “Saya berlatih dua kali sehari pada hari biasa dan sekali pada akhir pekan. Tapi sekarang pelatih saya fokus pada kebugaran, daya tahan dan konsistensi saya. Tujuannya agar saya bisa bertahan selama mungkin melawan pemain top di Tokyo nanti,” tuturnya.
“Ini hanya tentang memaksimalkan apa yang dapat saya ambil dari Tokyo, bukan hanya menghasilkan hasil yang baik,” lanjut Brian.
Selain persiapan teknis, Brian juga turut memantapkan kesiapan non-teknisnya. “Saya bekerja dengan pelatih mental selama pandemi dan itu sangat membantu. Aspek mental dari permainan saya biasanya yang paling tidak konsisten dan kadang-kadang bisa menjadi yang paling kurang. Jadi itu pasti menjadi jauh lebih kuat sejak bekerja dengan pelatih mental saya. Jadi saya senang saya berhasil melakukannya,” pungkas pemain nomor 43 dunia itu.