Terbukti di laga perdananya, pemain ranking 231 dunia di level junior itu mampu mengalahkan lawannya dua gim langsung dalam tempo 34 menit. "Saya semangat tampil untuk kali pertama pada turnamen Badminton Asia Junior Championships 2024. Saya merasa hal itu menjadi energi tambahan buat saya untuk bisa mengawali turnamen ini dengan baik," ungkap Rizki melalui siaran pers Humas PP PBSI.
"Kemenangan di laga ini menjadi awal yang baik untuk saya. Tidak mudah untuk bersaing di turnamen ini mengingat lawan mempersiapkan dengan baik, untuk itu saya mencoba untuk lebih siap dan fokus pada setiap babak yang dilewati," Rizki, menambahkan.
Dengan kemenangan ini, Rizki akan menghadapi wakil India, Pranauv Ram Nagalinga, di babak 32 besar BAJC 2024. Pada babak sebelumnya unggulan ke-14 itu mengatasi wakil Hong Kong, Cheung Sai Shing, dengan skor 21-14, 21-17.
Tunggal putra Indonesia lainnya yang mengikuti jejak Rizki melangkah ke babak 32 besar adalah Richie Duta Richardo. Pebu,lu tangkis kelahiran 23 November 2007 itu menumbangkan wakil Singapura, Chua Min Han lewat pertarungan 21-14, 21-19.
Pemain asal Tanjung Pinang itu mengaku siap untuk berlaga pada Badminton Asia Junior Championships 2024. Selain persiapan berlatih, sebelum turun berlaga di Yogyakarta, Richie berlaga pada ajang Dutch Junior International 2024.
Hal tersebut memberikan motivasi buat tunggal putra peringkat ke-102 dunia junior itu untuk bisa berjaya di hadapan publik kota pelajar. "Tampil pada ajang ini tentu sangat berbeda, saya mempersiapkan diri dengan maksimal menghadapi Badminton Asia Junior Championships 2024. Saya berharap fokus dan pikiran saya bisa dikendalikan untuk mewujudkan target meraih gelar juara. Jika bisa mengontrol hal itu, saya berharap target saya bisa terwujud," jelasnya.
Namun, kemenangan Rizki dan Richie tidak diikuti Zidane Cahyo Nugroho. Pemain kelahiran 22 Agustus 2006 itu terhenti langkahnya di babak pertama setelah kalah dari wakil Uni Emirat Arab, Bharath Latheesh, dengan skor identik 13-21, 13-21.
Pemain asal Bontang itu mengaku terlambat panas sehingga sulit untuk mendapatkan momentum kebangkitan. Saat lawan sudah nyaman bermain, Zidane sulit keluar dari tekanan sehingga harus mengakui keunggulan lawan dalam tempo 39 menit. "Bermain di level internasional sangat berbeda atmosfernya dengan kompetisi lokal. Saya merasa terlambat panas di awal laga, hal itu turut membuat lawan nyaman bermain sehingga saya kesulitan keluar dari tekanan," ungkap Zidane.
"Saya harus menambah endurance untuk bisa bersaing di level internasional. Tampil di turnamen ini juga membutuhkan fokus yang lebih. Hal itu yang saya coba pelajari untuk mengarungi turnamen di ajang berikutnya," pungkasnya.