Direktur BAM, Wong Choong Hann mengatakan jika kondisinya sangat sulit. Sebab saat ini, setiap negara termasuk Malaysia tengah berperang dengan pandemi. “Kami akan senang untuk mengatur lebih lanjut turnamen internal. Tapi kami memiliki begitu banyak faktor untuk dipertimbangkan,” kata Choong Han kepada surat kabar Malaysia, The New Straits Times dilansir Jawapos.com.
“Apakah turnamen ini akan memberikan manfaat yang lebih baik atau memengaruhi persiapan kami? Kami belum tahu. Namun yang pasti, selama masih ada pandemi ini, kami harus mematuhi arahan pemerintah,” sambungnya menambahkan.
Lebih lanjut Choong Han menuturkan bila tiap-tiap negara punya keuntungan yang berbeda dalam menggelar turnamen di tengah pandemi. “Jika saya tidak salah, Jepang juga belum melakukan pelatihan penuh untuk tim nasional mereka. Sementara itu Hong Kong baru memulai satu setengah bulan dibanding dengan kami,” kata Choong Han.
Saat ini, Choong Han mempertanyakan apakah kalender kompetisi musim 2020 yang sudah diperbaharui Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) bisa berjalan sesuai jadwal hingga akhir tahun nanti. Direktur BAM itu bahkan mengaku masih belum bisa membuat rencana jangka pendek untuk tim nasional bulutangkis Malaysia karena belum pastinya jadwal turnamen internasional dari BWF.
“Pertama, kita tidak tahu apakah Piala Thomas dan Uber akan berjalan sesuai jadwal (3-11 Oktober 2020) di Denmark. Bahkan BWF tidak bisa memberikan konfirmasi atas hal ini,” tegasnya.
“Kami tidak bisa memaksa pemerintah untuk mengubah kebijakan perbatasan mereka, dan ini menjadi perhatian terbesar bagi semua orang. Apakah kita diharuskan dikarantina sendiri selama 14 hari setelah kedatangan, dan 14 hari lagi saat kita pulang? Kita tidak tahu,” tutur Choong Han.
Bahkan, kata Choong Han, BAM masih tidak tahu apakah Malaysia akan menurunkan pemainnya pada ajang Chinese Taipei Open 2020 BWF World Tour Super 300 dan Korea Open 2020 BWF World Tour Super 500 pada September mendatang. “Untuk saat ini, kami percaya satu turnamen internal akan cukup,” tandasnya.
Pada awalnya, hanya 16 pemain nasional yang punya peluang menembus Olimpiade Tokyo 2020 yang diberikan lampu hijau pemerintah untuk melanjutkan pelatihan di Akademi Badminton Malaysia (ABM) pada Juni lalu. Skuad pelapis belakangan mulai bergabung dengan mereka. BAM juga membuka pintu untuk delapan pemain independen untuk berlatih di ABM.