"Sejak gim pertama memang saya berjuang dan sabar. Saya terus bertahan dan bergerak di lapangan meski mengalami tekanan, mungkin itu kunci kemenangan saya," kata Yamaguchi kepada Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yang disiarkan melalui laman resminya.
Pebulu tangkis peringkat tiga dunia itu secara mengesankan unggul pada dua gim, meski terlebih dulu tertinggal dalam perolehan skor dari Tzu Ying.
Yamaguchi tak memungkiri, lawannya pada partai puncak ini merupakan pebulu tangkis yang kuat dari segi fisik. Oleh karena itu, ia mengaku sudah bersiap untuk bermain lebih sabar dan ulet di babak final.
Antara melaporkan, pada gim kedua, saat persaingan masih berlanjut dengan ketat, Yamaguchi tahu harus mengubah pola pikirnya agar dapat keluar dari tekanan lawan. Selain bermain lebih sabar, ia juga bermain tanpa beban dan tak memikirkan hasil pertandingan.
Selain itu, absennya Tzu Ying pada turnamen pasca-Olimpiade Tokyo 2020 juga dinilai mempengaruhi kematangan permainannya kali ini. "Dia pemain yang bagus, secara fisik juga sangat baik. tapi mungkin kondisinya kurang maksimal karena melewatkan turnamen setelah Olimpiade. Mungkin hal ini mempengaruhi permainan dia," tutur Yamaguchi.
Berbeda dengan Tzu Ying yang baru kembali bertanding di BWF World Championship setelah Tokyo 2020, Yamaguchi justru sudah kenyang persiapan selama tiga bulan pertandingan di Eropa dan Indonesia.
Pebulu tangkis kelahiran 6 Juni 1997 ini pun mengaku senang dengan capaian medali emasnya di BWF World Championship, karena akhirnya ia bisa mencatatkan hasil manis pada turnamen jelang tutup tahun ini.
Meski melelahkan dan memakan waktu persiapan yang lama, Yamaguchi bersyukur bisa membawa kado menyenangkan ke Jepang, yang juga merupakan keinginan yang didambakannya pascamelalui turnamen-turnamen melelahkan. "Akhirnya, saya sangat senang karena bisa mengakhiri tahun ini dengan (gelar) juara," ungkap Yamaguchi.
"Saya sangat ingin pulang ke Jepang, yang saya pikirkan adalah pulang ke rumah," pungkasnya.