Pebulutangkis tunggal putra Indonesia ini nyaris gagal melaju ke babak selanjutnya setelah Lin Dan menyamakan kedudukan 18-18 di game ketiga. Beruntung, Anthony berhasil keluar dari tekanan usai yakin pada kemampuannya sendiri.
"Saat krusial itu, saya berusaha untuk main net lagi, seperti yang saya lakukan sebelumnya, dan memberi saya banyak poin. Waktu unggul jauh itu memang ada rasa tegang juga, tapi saya mencoba untuk benar-benar fokus lagi. Saat saya tahu posisi dia tidak enak, langsung saya cepatkan temponya," jelas Anthony.
Sejak awal, Anthony bahkan sudah memprediksi pertandingan akan berjalan alot. "Dari game pertama saya lihat dia sudah fokus dan mainnya ngotot. Walaupun saya jungkir balik mempercepat permainan, tetap saja dia paksa untuk ambil bola. Beda dengan di game kedua dan ketiga," ujarnya.
Sementara itu, Lin Dan mengakui bila Anthony tampil baik. Bahkan, Peraih medali emas tunggal putra di Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012 lalu itu tidak dapat mengatasi perlawanan Anthony yang disebutnya memiliki pergerakan cepat.
"Ginting adalah pemain yang sangat cepat. Responnya juga sangat cepat di depan net. Di saat genting, ia bisa tampil lebih stabil. Saya tidak tampil baik di pertandingan kali ini. Kondisi angin di sini memang merepotkan, hari ini anginnya juga berbeda dibanding latihan kemarin. Saat kedudukan krusial, saya membuat kesalahan fatal dengan membuang bola terlalu jauh ke luar lapangan, bukan out yang tipis, tetapi jauh sekali," ungkap Lin Dan.
Ia juga menyebutkan bahwa generasi muda tunggal putra sudah menunjukkan banyak kemajuan dan cukup merepotkan pemain-pemain senior. "Saya rasa para pemain muda sekarang sudah bisa memberi pressure kepada kami pemain senior. Jika kami tidak pada kondisi 100 persen, kami bisa kalah dari mereka," tandasnya.
Pada babak kedua China Open 2018 BWF World Tour Super 1000, Anthony Sinisuka Ginting akan berhadapan dengan unggulan pertama sekaligus tunggal putra terbaik dunia asal Denmark, Viktor Axelsen.