Meski harus lebih dulu kehilangan game pertama karena cukup kerepotan meladeni permainan cepat yang diterapkan Antonsen, namun Anthony mampu bangkit di game kedua dan ketiga. Tunggal putra Indonesia peringkat sembilan dunia ini berhasil mengambil alih kendali pertandingan dan tampil dengan pola permainannya sendiri.
“Saya sempat kaget dengan serangan-serangannya, apalagi posturnya dia tinggi dan pukulannya tajam. Jadi di game kedua saya sebisa mungkin lebih ngatur, lebih sabar dan tidak buru-buru mau menyerang terus. Di game kedua dan ketiga pertahanan saya juga lebih rapat. Saya juga bisa fokus untuk dapat satu demi satu poin,” jelas Anthony Sinisuka Ginting.
Di partai puncak China Open 2019 BWF World Tour Super 1000, Anthony akan berhadapan dengan tunggal putra rangking satu dunia asal Jepang, Kento Momota. Pertemuan ini sekaligus menjadi laga ulangan final China Open tahun lalu. Saat itu, Anthony sukses membawa pulang gelar juara lewat kemenangan dua game langsung dengan skor 23-21 dan 21-19.
“Sebetulnya saya tidak memikirkan saya juara bertahan, itu sudah berlalu. Sebelum tanding tadi pun belum memikirkan ketemu Momota, karena Antonsen juga lawan yang berat,” kata Anthony mengomentari laga final besok (22/9).
“Momota pemain yang bisa menjaga fokusnya dari awal sampai akhir, penampilannya juga konsisten. Saya akan belajar dari kekalahan saya sebelumnya dari dia di Japan Open 2019,” pungkasnya.