Greysia/Apriyani menyudahi perlawanan unggulan kedua asal Tiongkok itu, 21-19 21-15, di Musashino Forest Plaza, Tokyo, Senin (2/8)siang WIB.
Dengan kemenangan tersebut, muncul sejumlah catatan baru atas kiprah Indonesia melalui bulu tangkis di ajang empat tahunan tersebut. Beberapa menit setelah pertandingan usai, komentator bulu tangkis kondang asal Inggris Gillian Clark menyebutkan, "(Greysia dan Apriyani) The first players from Indonesia to win any medal in women`s doubles discipline."
"And now players from Indonesia, have won gold medals in Olympic competition in in all five disciplines," Clark, menambahkan.
"The joy, overwhelming," Clark, menggambarkan ekspresi Greysia/Apriyani usai berlaga.
Greysia, 33 tahun, dan Apriyani, 23 tahun, menyuguhkan permainan yang luar biasa, meski sempat membuat masyarakat Indonesia deg-degan, terutama kala Chen/Jia mengejar ketertinggalan di gim kedua. Namun Greysia/Apriyani mampu mempertahankan keunggulan hingga akhir pertandingan.
Berkat kemenangan Greysia/Apriyani, akhirnya, masyarakat Indonesia kesampaian juga untuk berbagi rasa haru, bangga, sekaligus menyaksikan kembali di layar kaca para atlet mereka berada di podium puncak Olimpiade. Bendera Merah Putih berkibar diapit dua bendera negara lain, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya kembali berkumandang.
Tradisi Empat Berlanjut
Sebuah artikel koran Kompas dengan judul "Emas Kita, Wajah Olahraga Kita", Senin (2/8), menyoroti perjalanan perolehan medali emas bagi Merah Putih. Konsisten disumbangkan dari cabang bulu tangkis sejak Barcelona 1992, ketika Susy Susanti meraih emas tunggal putri, dan Alan Budikusuma di tunggal putra.
Kemudian di Atlanta 1996, emas ganda putra diraih Ricky Subagja/Rexy Mainaky, lalu berlanjut dengan Candra Wijaya/Tony Gunawan di Sydney 2000. Nomor tunggal putra meneruskan tradisi emas di Athena 2004 melalui Taufik Hidayat.
Pada Olimpiade Beijing 2008, ganda putra menyumbang emas lagi, lewat perjuangan Hendra Setiawan dan Markis Kido (almarhum). Cabang bulu tangkis tidak berhasil mempersembahkan medali di London 2012.
Tradisi medali emas berlanjut ketika di Rio de Janeiro 2016, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menundukkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) di final. Ini sekaligus emas pertama Indonesia dari ganda campuran.
Kini di Tokyo 2020, meski pesta olahraga dunia itu sempat tertunda setahun, tradisi keping emas tetap berlanjut berkat perjuangan Greysia/Apriyani.