“Saya merasa under perform banget, benar-benar nggak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Permainan saya tidak bisa keluar, mungkin salah cara pikir, dari awal bukan saya yang mengejar lawan, tapi saya yang dikejar terus,” ungkap Jonatan Christie.
Terperangkap di dalam pola permainan Antonsen menjadi kendala utama yang dialami Jonatan pada pertemuan kali ini. Dari awal permainan, perolehan poin Jonatan terus tertinggal dari Antonsen yang terus bermain agresif dalam melancarkan serangan.
Pun demikian dengan pertarungan di game kedua. Tunggal putra Denmark peringkat lima dunia itu betul-betul tidak memberikan kesempatan kepada Jonatan untuk mengembangkan permainannya. Bahkan, Antonsen sempat unggul jauh 18-10, hingga akhirnya berhasil merebut kemenangan dengan skor 21-11.
“Setiap pukulan ragu, satu dua poin nggak berjalan jadi buntu, harusnya saya berpikir lebih keras dan menemukan motivasi dan semangat lebih. Bukannya motivasinya kurang, tapi pada saat stuck, saya harus bisa lebih termotivasi lagi, cari solusi. Ini yang bisa dilakukan pemain-pemain top seperti (Kento) Momota di kondisi seperti ini,” jelasnya.
“Intinya penyebab utama kekalahan tadi adalah cara pikir. Kalau cara main sebenarnya saya sudah tahu tapi apa yang sudah dipersiapkan di latihan, nggak bisa jalan sama sekali,” sambung Jonatan menambahkan.
Dengan hasil ini, maka hanya ada satu wakil Indonesia yang akan berlaga di babak semifinal Fuzhou China Open 2019 BWF World Tour Super 750, yakni ganda putra peringkat satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Selain Jonatan, dua wakil lainnya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti juga harus terhenti di babak delapan besar.