Bagaimana tidak, kapasitas penonton yang mampu menampung lebih dari 7000 orang tersebut, hampir setengahnya terisi penuh oleh para pecinta bulutangkis tanah air.
Tentunya para penonton yang rela mengorbankan waktu dan sedikit dana untuk membeli tiket kali ini bukan tanpa alasan. Salah satunya mereka bisa langsung menyaksikan bintang-bintang bulutangkis dunia berlaga. Sebagai tuan rumah, tentunya Indonesia juga menurunkan kekuatan penuh. Aksi para pebulutangkis elit memang sayang untuk dilewatkan.
Istora sediri baru saja selesai direnovasi untuk digunakan di Asian Games 2018 mendatang.
“Penonton hari ini cukup banyak. Untuk kelas VIP, dari kapasitas 2200 penonton, sudah terjual 1600 tiket. Sedangkan tiket kelas I sudah terjual 1300 tiket dari total 4200 kapasitas yang tersedia. Mungkin karena tiketnya murah, jadi banyak yang memenuhi kelas VIP, sehingga sisi kanan dan kiri stadion terlihat agak kosong,” jelas Achmad Budiharto, Ketua Panitia Pelaksana turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2018.
“Saat ini semua berjalan lancar, tidak ditemukan adanya kebocoran. Waktu persiapan ditemukan ada yang bocor, namun sudah kami atasi. Namanya gedung tua, walaupun sudah direnovasi, kekhawatiran bocor itu tetap ada,” ujar Budiharto.
Budiharto juga memaparkan bahwa penjualan tiket secara online di situs Blibli.com dan Tiket.com dibatasi hanya 30-40 persen dari total tiket yang dijual.
“Masyarakat Indonesia belum semuanya online minded, kami juga tidak mau mengecewakan penonton yang sudah datang ke venue. Namun kedepannya, kuota tiket online akan ditingkatkan,” tambah Budiharto.
Sebuah teknologi yang unik diaplikasikan dalam turnamen ini. Dengan tujuan mengedukasi penonton, sebuah kamera dipersiapkan untuk mereka yang menyandarkan kaki ke kursi dan ini bakal ditampilkan di giant screen sehingga disaksikan oleh penonton lainnya.
“Kami memang mau mengedukasi penonton yang bertindak kurang sopan. Mereka akan ditegur para petugas kami dan juga ditegur secara sosial karena akan disorot kamera. Ini pelajaran agar kita bisa memelihara aset yang kita punya. Teknologinya memang masih manual yang secara random menyoroti penonton,” tambah Budiharto.