Pasangan nomor tiga dunia itu sebetulnya sudah lebih dulu mengamankan game pertama, namun pada game kedua dan ketiga, mereka tidak cukup kuat menahan permainan atraktif yang diperlihatkan Watanabe/Higashino. Dengan hasil ini, maka tiket semifinal Olimpiade Tokyo 2020 menjadi milik Watanabe/Higashino.
“Pada game kedua dan ketiga, kami tidak cukup kuat untuk bertahan. Tetapi pada game pertama, kami bisa tampil lebih banyak menyerang. Terkadang kami lelah, tetapi tidak sepanjang pertandingan,” kata Dechapol Puavaranukroh selepas pertandingan.
Sementara itu, Watanabe/Higashino mengatakan bahwa permainan Puavaranukroh/Taerattanachai tidak sepenuhnya buruk. Hanya, ganda campuran andalan Jepang itu mampu bermain lebih cerdik dalam menerapkan pola permainan dan memanfaatkan kesempatan untuk mengeksploitasi kelemahan Puavaranukroh/Taerattanachai.
“Mereka mendorong segalanya dengan sangat keras di game pertama, jadi kami mengubah taktik permainan kami untuk menerima pengembalian mereka. Perubahan itu membuat segalanya berhasil,” tutur Arisa Higashino.
“Mereka bermain bagus, mereka kuat dan kami terkejut. Kami tahu jika mereka melanjutkan dua pertandingan berturut-turut, maka kami harus menerimanya. Kami menjaga konsentrasi kami dan melihat ketika lawan kami berhenti bergerak. Itu adalah kesempatan bagi kami untuk mengalahkan mereka,” timpal Yuta Watanabe menambahkan.
Pada babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020 nanti, Watanabe/Higashino akan berhadapan dengan unggulan kedua asal Tiongkok, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping. Ini akan menjadi pertemuan ke-11 bagi kedua pasangan. Tapi dalam sepuluh pertemuan sebelumnya, Watanabe/Higashino tercatat baru sekali merasakan kemenangan atas Wang/Huang.
“Kami pasangan Jepang pertama yang mencapai semifinal. Kami akan mengambil langkah demi langkah. Yang harus kami lakukan adalah menikmatinya,” tegas Watanabe.