"Kegagalan ini harus menjadi pelajaran penting agar tidak gagal lagi di kejuaraan-kejuaraan penting dan event lainnya ke depan. Kita harus segera bersiap lagi menghadapi kejuaraan-kejuaraan selanjutnya," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky melalui keterangan pers Humas PP PBSI pada Senin (28/8) petang WIB.
Lebih lanjut Rionny menyatakan, faktor mental menjadi dominan dan penentu kemenangan saat tampil di kejuaraan atau turnamen besar nan bergengsi seperti Kejuaraan Dunia. Faktor mental tak melulu berhubungan dengan semangat juang semata, tetapi turut berdampak ke segi lainnya. "Kalau mental tidak kuat, akan berpengaruh ke berbagai segi saat pemain bermain di lapangan. Bisa berimbas ke teknik yang dimiliki hilang, keterampilannya tidak muncul, juga kelincahan dan pergerakan terasa lambat," jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Rionny mengapresiasi perjuangan Apri/Fadia yang notabene tidak diunggulkan di posisi atas, akan tetapi dapat tampil konsisten hingga menembus partai puncak. Namun, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, lawan di final, terlalu tangguh bagi Apri/Fadia. "Harus diakui, ganda putri China itu tampil lebih baik di final. Mental Apri/Fadi memang bagus, tetapi lawan lebih baik lagi," ujarnya.
Kekalahan tersebut membuat tim bulu tangkis Indonesia gagal membawa satu pun gelar juara dunia. Apri/Fadia, satu-satunya wakil di final Kejuaraan Dunia 2023, kalah dari Chen/Jia, Minggu (27/8). Berlaga di Royal Arena, Kopenhagen, Denmark, ganda putri "Merah Putih" itu kalah straight games 16-21, 12-21 dalam tempo 42 menit.