"Setelah menanti 41 tahun, akhirnya bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya kembali berkumandang di ajang Paralimpiade pada Sabtu (4/9/2021). Leani/Khalimatus menyudahi paceklik sejak Paralimpiade Arnhem, Belanda 1980 seusai menang di final kelas SL3-SU5 atas juara dunia asal China, Cheng He Fang/Ma Hui Hui, 21-18, 21-12," demikian Kompas menuliskan pada artikel "Inspirasi Hakiki Dua Srikandi Bulu Tangkis" yang menjadi tajuk utama koran ini, Minggu (5/9).
Para bulutangkis menjalani debutnya di Paralimpiade. Semua pertandingan digelar di Stadion Nasional Yoyogi, Jepang.
Sementara, akun Twitter @BadmintonTalk yang diikuti lebih dari 374 ribu akun, mencuitkan:
"MERAH PUTIH DI TITIK TERTINGGI
#Parabadminton - WD SL3-SU5
First place medalLeani Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah #INA
Second place medalCheng Hefang/Ma Huihui #CHN
Third place medalNoriko Ito/Ayako Suzuki #JPN
Congratulations to all medalists!
Terima kasih Leani/Alim, kami semua bangga!".
Kesuksesan Leani/Khalimatus, yang datang sebagai unggulan pertama, sekaligus menjadi yang pertama sejak Paralimpiade Arnhem 1980 di Belanda. Kala itu Indonesia meraih dua medali emas melalui Yan Soebiyanto pada cabang lawn bowls tunggal putra dan R. S. Arlen pada angkat besi nomor 57kg.
"Raihan emas dari Leani/Khalimatus juga sekaligus menegaskan status Indonesia sebagai negara kuat cabang olahraga tepok bulu," tulis kantor berita Antara.
Kompas menyebutkan, Leani/Khalimatus, pasangan klasifikasi SL4 (disabilitas tubuh bawah lebih ringan), mampu membuktikan bahwa status perempuan dan disabilitas tidak bisa menghentikan mereka untuk berprestasi.