Setelah memutuskan untuk gantung raket pada 13 Juni 2019 lalu, kini Chong Wei menerima tugas baru sebagai Chef de Mission (CdM) kontingen Malaysia untuk Olimpiade Tokyo 2020.Perhelatan multievent empat tahunan terbesar di dunia itu harus diundur, Chong Wei pun mengaku sedikit ‘lega’.
“Penundaan ini memberi saya sedikit lebih banyak waktu untuk memapankan diri dan mempelajari lebih banyak lagi mengenai tugas saya sebagai Chef de Mission,” kata Lee Chong Wei seperti dikutip The Star dari BolaSport.com.
Bukan hanya Olimpiade Tokyo, lebih dari 20 turnamen internasional pun terpaksa dibatalkan akibat wabah virus Corona. Meski begitu, Lee Chong Wei tak segan membagikan semangat kepada para pebulutangkis dunia, khususnya Malaysia agar tetap semangat menjaga kebugaran tubuh dan berpikir positif demi melawan pandemi ini.
“Saat ini, pesan saya untuk para atlet adalah tetap berpikir positif,” imbaunya.
Sementara itu, selain tengah memantapkan diri dengan tugas barunya sebagai Chef de Mission, Chong Wei juga tak lupa membagikan kegiatan yang dilakukannya bersama keluarga selama masa penguncian COVID-19 ini.
Dilansir The Star, eks tunggal putra nomor satu dunia itu mengaku bila dirinya baru menonton ulang pertandingan final Malaysia Open 2018 BWF World Tour Super 750 saat bentrok dengan raja bulutangkis Jepang, Kento Momota. Saat itu, Chong Wei keluar sebagai juara lewat kemenangan 21-17 dan 23-21 atas Momota. Hasil manis itu juga sekaligus menjadi gelar Malaysia Open ke-12 bagi Lee Chong Wei sepanjang karier bulutangkisnya.
“Biasanya, sebagai pemain, saya hanya menonton ulang pertandingan dan menganalisisnya. Tapi kali ini, saya lega karena melakukannya (nonton ulang) bersama keluarga saya. Saya sekarang bisa dengan lega mengatakan bahwa saya menyudahi karier bulutangkis saya dengan tinggi,” tuturnya.
“Gelar itu adalah yang ke-12 dari 14 kesempatan bermain pada final Malaysia Open. Tapi menurut saya, gelar tersebut adalah gelar Malaysia Open terbaik. Laga final Malaysia Open 2018 terasa berbeda. Kento Momota sedang berada dalam performa terbaiknya, dia punya kualitas dan konsisten, tetapi saya bisa bertahan dengan tekanan itu,” lanjutnya menjelaskan.
“Stadium bergemuruh dalam kegembiraan. Saya lega turnamen terakhir saya istimewa. Saya merindukan itu semua, dukungan para penggemar, pertandingannya. Meraih 12 gelar juara pada turnamen negara sendiri adalah rekor yang sulit untuk disamai. Saya bersyukur untuk itu,” tutup sang Legenda.