Lee mengatakan bila menjadi seorang atlet yang baik harus selalu siap menerima tantangan serta perubahan aturan baru sesuai regulasi yang berlaku supaya tidak terjebak dalam zona nyaman. “Sebagai pemain, kita harus siap menghadapi segala kemungkinan,” kata Lee Zii Jia seperti dikutip dari The Star.
“Jika ada perubahan, maka kita semua harus menerimanya, karena itu adalah keputusan yang dibuat federasi bulutangkis dunia, dan itu bukan berada di tangan kita. Apa yang bisa dilakukan adalah menerima, menyesuaikan dan beradaptasi. Aturan baru berlaku untuk semua orang dan perlu waktu untuk terbiasa,” sambungnya menambahkan.
Diskusi soal perubahan format perhitungan dengan sistem 11 poin ini sebetulnya sudah terjadi pada 2018 lalu saat Konferensi Tahunan Bulutangkis Dunia di Bangkok, Thailand. Namun, BWF tidak mendapat dukungan yang cukup. Namun upaya Presiden BWF itu pun sempat diuji kelayakannya pada beberapa turnamen di level rendah pada 2014 lalu.
Hingga saat ini, BWF masih menerapkan sistem 21 poin dengan tiga babak yang sudah berjalan sejak 2006 lalu. Lebih lanjut tunggal putra peringkat sepuluh dunia ini menuturkan jika terlalu dini baginya untuk menyatakan pilihan sistem 21 poin atau 11 poin.
“Saya tidak berpikir kita bisa membandingkannya sekarang karena saya belum mencoba format baru. Tapi satu hal yang pasti, sistem 11 poin tidak akan menguji kebugaran fisik pemain terlalu banyak. Sisi baiknya, seorang pemain bisa menantikan karier yang panjang,” tandasnya.