Selepas pertandingan, Gregoria mengatakan ia sebenarnya merasa sudah bermain baik di awal-awal laga. Tetapi lagi-lagi faktor ketidaksabaran menjadi batu sandungan bagi Juara Dunia Junior 2017 itu.
"Tadi sebetulnya saya sudah merasa enak bermainnya, terutama di awal-awal gim. Hanya karena lawan itu punya pola balik serang, jadinya kadang sudah dapat kesempatan tapi saya seperti terlalu banyak berpikir untuk ambil keputusan, seperti saya dapat bola enak dan harus mati nih, padahal tidak harus. Bisa saja diolah dulu, bisa sabar dulu," jelas Gregoria, dalam siaran pers Humas PP PBSI.
"Lalu setelah terkejar dan poinnya mepet malah tidak yakin dengan pola yang diterapkan, tidak percaya diri," sambungnya.
Disinggung mengenai pertemuan terakhir yang berhasil dimenangkan, Gregoria mengaku hasil itu tidak bisa dijadikan patokan. Sebabnya, pertemuan itu sudah terjadi lima tahun lalu atau tepatnya di Kejuaraan Dunia Junior 2017. Saat itu, Gregoria menang 21-18, 19-21, 21-12. "Pertemuan pertama saya dengan dia sudah terjadi lima tahun lalu, tidak bisa dijadikan patokan. Namun, dari segi pola permainan dia tidak banyak berubah, hanya kualitasnya memang sudah di atas," jelas Gregoria.
"Sementara saya tadi masih cari-cari cara bagaimana mematikan dia, pola yang buat dia tidak enak bagaimana," ungkapnya.
Gregoria sadar betul, kekurangannya masih di seputar faktor non-teknis. Ia pun melakukan segala cara untuk memperbaiki hal tersebut, termasuk berkonsultasi dengan psikolog. "Saya harus perbaiki fokus di otak saya, tadi saya banyak melakukan kesalahan karena di otak saya banyak berpikir kekurangan saya," jelas Gregoria.
"Saya juga sudah konsultasi dengan psikolog dan semoga faktor ini bisa teratasi walau saya tahu perlu waktu," harap Gregoria.
Selain Gregoria, pasangan ganda campuran Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati juga gagal melaju ke babak selanjutnya. Rehan/Lisa ditaklukkan pasangan peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 asal China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping dengan skor 19-21, 11-21.