Namun mulai tahun 2018 mendatang, Badminton World Federation (BWF) bakal mengumumkan susunan level turnamen internasional terbaru untuk periode 2018-2021.
Mulai tahun depan, susunan ini akan berubah, turnamen level Superseries Premier akan turun ke level ketiga. Di level kedua bakal ada satu kategori yang levelnya lebih tinggi dari Superseries Premier. Meskipun nama level turnamen ini belum diumumkan secara resmi oleh federasi bulutangkis dunia, namun banyak kalangan bulutangkis menyebutnya dengan turnamen level Premier of Premier.
Apa saja kriteria penyelenggara turnamen Premier of Premier? Selain jumlah hadiah prize money minimum satu juta Dollar Amerika Serikat, pemilihan tuan rumah kejuaraan level super elit ini juga dilihat dari fasilitas dan sarana pertandingan, pelayanan panitia pelaksana kepada negara peserta, pemilihan hotel dan masih banyak lagi.
“Saat ini masih diadakan bidding, negara mana yang akan berhak untuk menjadi penyelenggara turnamen level dua ini. Kemungkinan hasil bidding akan diumumkan Maret 2017. Nantinya akan ada tiga negara yang berhak menjadi penyelenggara turnamen level kedua,” ujar Bambang Roedyanto, Kasubid Hubungan Internasional PP PBSI.
“Indonesia tentunya juga mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah kejuaraan level dua ini. Dari segi jumlah prize money, kita sudah memenuhi syarat, dimana bahkan mulai tahun ini turnamen Superseries Premier kita menawarkan hadiah sebesar satu juta Dollar AS,” tambahnya.
“Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia Open Superseries Premier juga menjadi salah satu turnamen percontohan bagi negara-negara lain dan kita mendapat pengakuan dari BWF. Dimana kita berhasil menggabungkan sport dan entertainment,” sambung Rudy.
Selain dari segi prize money yang lebih tinggi, kejuaraan level dua ini juga memiliki poin yang lebih tinggi. Tentunya hal ini sangat menarik, terutama bagi pemain-pemain elit. Di level Superseries Premier, pemain dengan peringkat 10 besar dunia wajib untuk hadir. Lalu bagaimana di level Premier of Premier?
“Kita tunggu saja hasil bidding, nanti akan dijelaskan juga ketentuan turnamennnya, seperti jumlah poin, siapa yang wajib hadir, jadwal pertandingan dan sebagainya. Yang pasti, persaingan akan lebih ketat di level ini,” jawab Rudy seperti di lansir Badmintonindonesia.org.
Bertambahnya level turnamen papan atas tentunya menjadi tantangan bagi atlet dan pembinaan bulutangkis di tiap negara, termasuk Indonesia. PP PBSI bakal mempersiapkan strategi dan pengaturan pengiriman pemain, bagaimana caranya mereka bisa mengejar poin dan mendongkrak rangking, namun peak performance di tiap turnamen tetap terjaga.
Saat ini saja ada setidaknya pemain-pemain top dalam setahun wajib mengikuti lima turnamen Superseries Premier, Superseries Final serta kejuaraan kontinental seperti kejuaraan Asia, Eropa dan sebagainya.
Belum lagi kejuaraan-kejuaraan yang sudah pasti diincar pemain-pemain elit seperti Olimpiade dan kejuaraan dunia. Mereka juga tentunya juga punya kewajiban untuk turun membela negara masing-masing di kejuaraan beregu Piala Sudirman, Piala Thomas serta Piala Uber. Jumlah ini biasanya bertambah jika si pemain sedang diprogramkan mencapai target rangking tertentu, demi tiket Olimpiade, misalnya.
Berikut rencana susunan level turnamen internasional bulutangkis periode 2018 – 2021 :
Level 1 : Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Superseries Final
Level 2 : Nama kejuaraan masih dalam proses penetapan – tiga negara penyelenggara (prize money minimal satu juta Dollar AS)
Level 3 : Superseries Premier – lima negara penyelenggara (prize money minimal 700 ribu Dollar AS)
Level 4 : Superseries – tujuh negara penyelenggara (prize money minimal 250 ribu Dollar AS)
Level 5 : Grand prix Gold (prize money minimal 150 ribu Dollar AS)