Kompas melaporkan pada Jumat (2/8), ribuan orang penonton yang mendadak menjadi "dermawan". Mereka bersorak dan bertepuk tangan, tak peduli siapa yang meraih angka. Laga ketat di penyisihan Grup E yang digelar pada pertengahan pekan lalu di Porta de La Chapelle Arena, Paris, Prancis, itu dimenangkan oleh Intanon.
Setelah bertarung selama 46 menit, Intanon menang straight games 21-19, 21-1. "Atlet Taiwan itu tidak kuasa menahan beban cedera lutut kiri yang sudah dihadapinya beberapa bulan terakhir. Kedua ikon tunggal putri bulu tangkis duniaitu lalu berpelukan di tengah lapangan, hanya dibatasi net," tulis media harian tersebut.
Ying masih dapat tersenyum. Kedua pemain melwati net dan bersatu di satu sisi lapangan. Mereka saling memandang mata lawannya satu sama lain, lalu berpelukan lagi. Intanon menangis haru, Ying pun meneteskan air mata.
Intanon dan Ying kemudian bersama-sama menyatukan tangan mereka dan memberikan hormat ke seluruh sisi La Chapelle Arena. Seisi stadion berkapasitas 8.000 kursi itu ikut "meleleh". "Saya sangat emosional. Ini pertandingan terakhir kami. Dia (Ying) akan pensiun setelah ini. Fakta itu sangat mengganggu saya," ujar "ratu" bulu tangkis Thailand tersebut.
Sebelum memasuki arena Paris 2024, kedua pemain sudah bertemu sebanyak 35 kali. Tzu Ying unggul dengan lima kemenangan atas Intanon, yang kali pertama bertemu pada Indonesia Grand Prix Gold 2010. Pada Tokyo 2020, Ying yang menang atas Intanon melalui rubber game 14-21, 21-18, 21-18. Kompas menyebutkan, Intanon dan Ying merupakan dua sosok yang membuktikan bahwa rialitas dan pertemanan bisa berjalan seirama. Mereka saling mengalahkan dan mendukung selama 14 tahun terakhir. "Gaya kami sangat mirip. Saya seperti bermain di cermin," demikian Tzu Ying.