“Tadi kita banyak menerapkan permainan no lob karena shuttlecock nya agak kencang. Lawan kita yang pemain putranya pemain kidal, jadi agak kagok juga di awal permainan tapi akhirnya kita bisa menyesuaikan dengan banyak mengarahkan ke bagian kanannya,” ungkap Angelica Wiratama.
Dengan kondisi shuttlecock yang kencang, diakui Angelica menjadi sebuah keuntungan baginya. Kondisi shuttlecock yang kencang dan lambat tentunya cukup membawa pengaruh bagi setiap pemain. Sebab mereka harus menyesuaikan permainan dengan kondisi shuttlecock.
“Di sini kita harus siap capek dan mau tahan. Kondisi shuttlecock yang agak kencang memang cukup menguntungkan, karena biasanya tanding di Jepang itu shuttlecock nya lambat, jadi butuh lebih banyak tenaga lagi. Tapi kita tetap siap soal shuttlecock ini, bisa saja besok berubah lagi,” katanya.
Menyandang status unggulan keempat, Zachariah/Angelica memasang target lolos ke partai puncak Osaka International Challenge 2019. Meski mematok target, Zachariah/Angelica tetap memilih untuk fokus pada setiap pertandingan yang harus dilaluinya dulu. “Targetnya sih maunya ke final, tapi fokusnya mau ke satu demi satu pertandingan dulu. Kalau lawan pemain Jepang itu harus tahan capeknya dan jangan mau kalah,” tandasnya.
Selain Zachariah/Angelica, tiket babak dua Osaka International Challenge 2019 juga berhasil diamankan pasangan Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso. Adnan/Mychelle menang 21-12 dan 21-11 atas wakil Jepang, Hiroki Nishi/Rui Hirokita. Sementara itu, Daniel Marthin/Nita Violina Marwah harus tersingkir setelah kalah 18-21 dan 22-24 dari pasangan korea, Kim Won Ho/Jeong Na Eun.