Kendati demikian, keduanya menanggap bahwa strategi menghindari reli-reli panjang agar pertandingan lebih cepat kelar, muncul secara kebetulan di saat laga berlangsung. "Kebetulan itu berjalan, jadi ya diterusin saja," tutur Hendra, melansir laporan Kompas, Rabu (28/7).
Hendra/Ahsan memastian diri menjadi juara Grup D setelah membungkus kemenangan atas ganda putra Korea Selatan (Korsel) Choi Solgyu/Seo Seung-jae, 21-12, 19-21, 21-18. "The Daddies" hanya butuh waktu 14 menit untuk memenangi gim pertama, namun pasangan Korsel itu mampu bangkit dan merebut gim kedua dalam 16 menit. Sementara pada gim penentu, Hendra/Ahsan kembali meraih kemenangan dalam tempo 20 menit.
Pelatih bulu tangkis ganda putra Indonesia Herry Iman Perngadi menjelaskan, strategi yang diterapkan Hendra/Ahsan merupakan hasil adaptasi dengan lawan. Namun, pola permainan tersebut bukan sesuatu yang baku dan akan dinamis menyesuaikan lawan-lawan yang dihadapi.
"Istilahnya, memainkan irama, tempo. Mereka (Hendra/Ahsan) ini, kan, pemain senior di atas 30 (tahun), 34, 36, kaau bermain sehingga cepat selesai, itu juga penghematan tenaga. Ini permainan strategi, dan belum tentu peman-pemain muda cocok diajak bermain lambat. Ada juga yang tidak," katanya, seperti dilaporkan media harian tersebut.
"Buktinya, setelah dipraktikkan dalam dua pertandingan terakhir, lawan-lawannya sedikit kagok," demikian Herry.