"Senang dan bersyukur bisa menyumbangkan angka pertama bagi Indonesia di pertandingan yang sangat menentukan ini. Apalagi saya sudah banyak gagal dan belum menyumbang angka sejak Piala Sudirman lalu," tutur Ginting melalui siaran pers Humas dan Media PP PBSI.
Ginting memulai permainan dengan baik. Ia bahkan memimpin 11-7 di interval gim pertama setelah smes di sisi kiri Chou tak tertangkis. Sayang, kesalahan demi kesalahan yang dilakukannya membuat ia sempat tertinggal sebelum akhirnya mampu menutup gim pertama dengan skor 22-20.
"Dari awal saya mencoba main all out. Main maksimal untuk mengeluarkan kemampuan terbaik. Apalagi ini partai yang sangat menetukan dan penting untuk nasib Indonesia," jelas atlet asal klub SGS-PLN Bandung tersebut.
Di gim kedua, Ginting kembali memulai laga dengan baik dan tampak begitu percaya diri. Meski sempat terjadi kejar-kejaran angka, Ginting mampu mengontrol permainan dan menutup interval gim kedua dengan 11-8. Ia terus memimpin dan berhasil menutup gim kedua dengan 21-16.
"Dari masuk lapangan saya sudah bisa merancang strategi permainan. Ritme dan pola permainan saya bisa masuk semua. Sehingga di gim kedua tinggal meneruskan saja. Seandainya pun gagal, saya sudah siapkan pola yang lain. Inilah yang mengantarkan saya menang," papar Ginting.
Sebelumnya, kedua pemain sudah 12 kali bertemu dan sama-sama enam kemenangan. Terakhir, Ginting menang di Hong Kong Terbuka 2019, sementara kekalahan terakhirnya terjadi di BWF World Tour Finals 2020. Itu sebabnya, Ginting terlihat ragu-ragu di awal laga. Namun, setelah bisa bermain tenang, barulah ia bisa mengeluarkan semua permainan bagusnya.
Menanggapi permainan Ginting, pelatih tunggal putra Indonesia Irwansyah menyatakan, "Ginting sempat ragu-ragu. Tetapi setelah bisa bermain tenang dan rileks, permainannya keluar semua. Ginting juga tak monoton dan lebih bervariasi dalam bermain."
"Di gim kedua, tempo dipegang terus Ginting dan bisa main apa saja, lebih enak," demikian Irwansyah.