Indonesia pernah mendapatkan kesempatan menyelenggarakan atau menjadi tuan rumah ajang Piala Sudirman, tepatnya pada 24 - 29 Mei 1989 silam di Senayan, Jakarta. Piala Sudirman 1989 di Jakarta merupakan yang pertama kalinya digelar.
Tim Merah Putih sukses menjadi juara setelah secara dramatis berhasil mengalahkan Korea dengan skor tipis 3 - 2. Di laga puncak, Indonesia nyaris kehilangan asa untuk meraih gelar perdana tersebut. Bagaimana tidak, di dua partai pertama, Indonesia langsung tertinggal 0 - 2.
Pada pertandingan pertama, pasangan Eddy Hartono/Gunawan dalam pertempuran yang sengit dikalahkan ganda legendaris Korea, Park Joo Bong/Kim Mon Soo dengan 9-15, 15-8 dan 13-15. Kemudian ganda putri Indonesia saat itu, Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati harus takluk dari Hwang Hye Young/Chung Myung Hee dua game langsung, 12-15 dan 6-15. Satu partai lagi untuk Korea, dan semuanya akan berakhir. Para pendukung Indonesia sudah hampir kehilangan harapan saat itu.
Di partai ketiga yang menentukan, turun bertanding pebulutangkis muda cemerlang Indonesia kala itu. Dia adalah Susy Susanti. Usianya baru menginjak 18 tahun pada saat itu. Susy akan menghadapi Lee Young Suk. Diusianya yang begitu muda, tapi nasib Indonesia sudah ada di pundaknya.
Susy Susanti (foto: AFP)
Pada game pertama Susy dikalahkan dengan angka tipis 10-12. Dan di game kedua, para pendukung Indonesia sudah putus harapan. Susy tertinggal cukup jauh, dari 0-4, 3-6, sampai akhirnya 7-10. Hanya tinggal 1 angka lagi Korea menjadi kampiun.
Susy muda tidak menyerah, ia sama sekali tidak mengendurkan semangatnya sedikitpun. Poin demi poin terus diraih oleh Susy. Perlahan-lahan muncul rasa bangga di hati mereka melihat perjuangan Susy Susanti. Mereka tahu, bahwa walaupun kalah, Susy akan menjadi juara di hati mereka, pahlawan mereka yang tidak pernah menyerah, demi Indonesia.
Tapi angka Susy Susanti terus bertambah, malah makin mendekati angka Lee Young Suk. Pemain Korea itu mulai terlihat gugup, dan penonton Indonesia makin "terbakar" semangatnya. Keajaiban pun terjadi, Susy memperkecil ketinggalan angkanya sampai akhirnya mampu menyamakan kedudukan menjadi 10-10. Sempat tertinggal 7-10 Susy berhasil menyamakan menjadi 10-10. Benar-benar sebuah daya juang yang tiada bandingannya.
Sang lawan, Lee sudah jatuh mentalnya. Lee mungkin juga tidak habis pikir apa yang terjadi. Dengan serang-serangan yang mematikan Susy akhirnya menyudahi pertarungan dramatis itu, 12-10.
Tiba di game penentuan, daya juang Lee sudah “hilang”. Susy membantai Lee tanpa ampun 11-0, tanpa perlawanan. Ada cerita mengatakan bahwa pelatih utama Korea saat itu sampai frustasi hingga dia "kehilangan akal" kemudian menyumpah-nyumpahi Lee Young Suk bahkan menamparnya di depan banyak orang.
Setelah pertarungan ini, seluruh tim Korea seperti kehilangan konsentrasi. Tim Merah Putih sudah benar-benar diatas angin dan merebut dua poin berturut-turut. Edy Kurniawan menang telak dari Han Kok-Sung 15-4 dan 15-3. Kemudian ganda campuran Eddy Hartono/Verawaty menghabisi Park Joo Bong/Chung Myung Hee 18-13 dan 15-3. Indonesia berjaya. Indonesia berhasil mendapat kehormatan sebagai juara di edisi pertama Piala Sudirman dihadapan para pendukungnya sendiri. Sungguh sebuah partai final yang tidak akan terlupakan.
Hasil akhir Piala Sudirman 1989:
Indonesia 3 - 2 Korea
- Park Joo Bong/Kim Moon So vs Eddy Hartono/Gunawan 15-9, 8-15, 15-13
- Hwang Hye Young/Chung So Young vs Verawati/Yanti Kusmiati 15-12, 15-6
- Susy Susanti vs Lee Young Suk 10-12, 12-10, 11-0
- Eddy Kurniawan vs Han Sung Kok 15-4, 15-3
- Verawati/Eddy Hartono vs Park Joo Bong/Chung So Young 18-13, 15-3