Terakhir yakni pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto yang menjadi wakil satu-satunya yang tersisa di perempat final kemarin, Jumat (14/4) harus menelan kekalahan dari Dechapol Puavaranukron/Sapsiree Taerattanachai, Thailand. Jordan/Debby kalah 17-21 dan 13-21 dalam 36 menit.
"Kami sudah persiapkan strateginya. Setengah jam pertama, mereka main sudah unggul. Namun, khususnya Jordan, masih kurang konsisten di lapangan, dia kurang sabar jadi suka membuat kesalahan. Akhirnya malah suka bingung, karena faktor errornya terlalu banyak," kata Richard.
Rekor pertemuan dua pasangan ini sebelumnya imbang 2-2. Tapi terakhir di Swiss Open 2017, bulan lalu, Jordan/Debby juga kalah dari pasangan Thailand tersebut, 18-21 dan 15-21.
"Saya rasa kendalanya bukan masalah teknis. Tapi karena persiapan saat latihannya yang kurang konsisten. Ini yang menjadi PR buat saya untuk memberikan program yang pas buat Jordan/Debby. Saya rasa sudah saatnya mereka bisa benar-benar menggantikan Tontowi/Liliyana,” ujar Richard.
Sementara tiga ganda campuran Pelatnas lainnya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika dan Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti, sudah kalah dari babak pertama.
"Ini merupakan resiko buat saya. Karena kemarin satu tahun setengah saya benar-benar konsentrasi buat persiapan Olimpiade. Sehingga untuk pemain muda hanya menjalankan program rutin. Bisa dibilang mereka dinomorduakan sementara. Dampaknya harus saya terima dan kedepannya harus bekerja keras lagi,” jelas Richard mengenai penampilan Alfian/Annisa dan Ronald/Melati.
“Untuk Tontowi/Liliyana mereka butuh recovery yang cukup lama setelah Olimpiade. Agar kesegarannya bisa kembali di lapangan. Itu sebabnya saya merasa sudah saatnya Jordan/Debby untuk mengambil tongkat estafet dari Tontowi/Liliyana,” lanjut Richard.