Pelatih tunggal putri pelatnas bulu tangkis Indonesia, Herli Djaenuddin, mengungkapkan, kunci kemenangan anak asuhnya itu terletak pada perubahan strategi dan pola permainan. Pada awal gim pertama, Herli mengamati Gregoria cukup kewalahan saat beradu permainan depan net dengan Marin. "Pada gim kedua dan ketiga diubah menjadi pola permainan ke belakang dan berhasil," tuturnya, melalui keterangan pers Humas PP PBSI, Minggu (2/4) dini hari WIB.
Perubahan taktik diubah juga karena faktor kelelahan yang dirasakan pemain berperingkat 12 dunia ini, jelang pengujung pertandingan. Herly mafhum, Gregoria dan sejumlah pemain "Merah Putih" lainnya datang ke Madrid dengan tubuh yang meraung keletihan seusai mengikuti dua turnamen secara beruntun. "Pola permainannya berubah karena saya juga melihat kondisi Gregoria sudah mulai kelelahan. Jadi biar lari dan pergerakan menutup lapangan tidak terlalu jauh," katanya.
"Maklum, kejuaraan di Madrid ini adalah turnamen ketiga secara beruntun yang diikuti Gregoria," Herly, menambahkan.
Lebih lanjut Herly mengutarakan, banyak perubahan yang ditunjukkan Gregoria sepanjang berlaga di turnamen level BWF World Tour Super 300 ini. Terlebih, ketika di semifinal berhadapan dengan pemain favorit tuan rumah. "Di gim kedua dan ketiga, Gregoria juga tidak banyak melakukan kesalahan sendiri. Mentalnya sudah semakin bagus, dia juga punya semangat tidak mau kalahnya begitu besar," ungkapnya.
"Fokusnya pun makin bagus. Akhirnya, dia makin yakin di lapangan," demikiah Herly.
Tunggal putri andalan "Merah Putih" ini bakal bertemu Pusarla V. Sindhu dari India, yang meraih tiket final seusai mengemas kemenangan atas Yeo Jia Min asal Singapura. Unggulan kedua itu menang straight games 24-22, 22-20.