Sejauh ini, Indonesia baru mampu meraih satu dari nomor beregu putra, dan masih ada satu harapan menambah emas lewat tunggal putra Jonatan Christie yang lolos ke final perorangan.
Sedangkan empat perunggu disumbangkan tim beregu putri, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), Gregoria Mariska (tunggal putri) dan Ihsan Maulana Mustofa (tunggal putra).
Tiga partai yang harus menelan kekalahan di laga semifinal dinilai Susy tidak seharusnya terjadi. Pasalnya tiap pemain sudah punya peluang besar untuk menang dengan memimpin perolehan angka. Namun justru lawan dapat membalikkan keadaan dan menang.
“Target tiga medali emas memang tidak tercapai. Ini patut dievaluasi, harusnya di saat pertandingan penting seperti ini pemain tidak boleh hilang fokus. Dalam tekanan seperti apapun, harusnya diatas angin, bukan sebaliknya. Inilah salah satu faktor kekalahan tiga partai, sebetulnya mereka bisa,” kata Susy.
Fajar/Rian ditundukkan wakil Thailand, Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh dengan skor 17-21, 21-23. Di game kedua, Fajar/Rian unggul jauh 17-12, 19-14 dan 20-17, namun mereka tak mampu menyudahi game kedua dengan kemenangan.
“Ganda putra juga missed target, yang diprediksi itu tunggal dan ganda putra yang jadi andalan. Faktor yang menjadi titik lemah kita adalah nekadnya, beraninya yang kurang. Saat mereka tertekan, nggak bisa berkembang. Saat leading, justru gagal fokus, gampang banget buang poin,” komentar Susy.
“Hal-hal ini yang harus kita perhatikan, karena bukan sekali dua kali seperti itu. Di beregu Fajar/Rian mengalami hal yang sama, game pertama menang, game kedua sudah leading, gagal. Di perorangan kita lihat tadi juga begitu. Kejadian begini dua kali berturut-turut, seharusnya belajar dari pengalaman” tambah Susy.
Kejadian yang sama terulang di nomor tunggal. Gregoria cuma butuh satu poin lagi untuk memenangkan game pertama atas Soniia Cheah (Malaysia) saat memimpin 20-17. Sebelumnya Gregoria juga unggul jauh 17-11.
Ihsan pun tak dapat memanfaatkan keunggulannya atas Khosit Phetpradab (Thailand), ketika unggul 16-10 dan 20-18.
“Begitu juga dengan Gregoria, lalu juga Ihsan. Ada kesempatan, sudah leading, tidak bisa menekan lawan. Saat kita unggul, harusnya benar-benar menekan, nggak boleh kasih kesempatan sedikitpun. Tetapi ini loose (fokus) sedikit, langsung hilang (poin),” jelas Susy.
“PR kami banyak, ternyata tidak satu dua pemain saja. Kami akan diskusi dengan pelatih, seperti apa jalan keluarnya. Intinya atletnya harus mengubah mindsetmereka sendiri,” tutur Susy.
“Khosit lebih berani, lebih nekad, di game pertama dia leading dan tidak memberi kesempatan sama sekali ke Ihsan. Hal inilah yang tidak dilakukan Ihsan di game kedua, saat 19-16 harusnya dia tekan terus, jangan kasih kesempatan lawan. Seharusnya sedikit nekad, saat menyerang hanya asal masuk saja, padahal kalau lebih keras dia bisa. Hanya dua poin kok, kalaupun dua poin hilang, tetapi feel musuh sudah nggak enak, akhirnya malah membuat kesalahan sendiri,” beber Susy.
Susy juga tak menerima alasan kondisi lapangan yang berangin. Menurutnya lawan pun mengalami hal yang sama. Pada intinya Susy meminta para pemain harus bisa mengontrol permainan, saat tertinggal bisa membalikkan keadaan dan ketika unggul, terus menekan, tak memberikan kesempatan kepada lawan.
Susy berharap Jonatan yang menjadi satu-satunya wakil di final akan tampil baik dan merebut medali emas.
“Mudah-mudahan Jonatan mainnya normal, tenang dan lebih berani. Saya berharap Jonatan bisa mengatasi ini (faktor non teknis),” pungkas Susy.
Babak final bulutangkis perorangan SEA Games 2017 akan dilangsungkan siang nanti, Selasa (29/8), mulai pukul 13.00 waktu Kuala Lumpur. Pertandingan Jonatan yang ada di urutan ketiga, akan disiarkan langsung oleh TVRI.