Selain itu Rionny juga menyampaikan, tujuan utama para pemain pelapis ini berlaga di Thailand Masters adalah dalam rangka mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya menjelang penutupan "Race to Olympics Paris 2024".
"Kalau disebut tidak ada wakil di final memang iya tapi bukan gagal. Kami tidak turun dengan tim terbaik di turnamen ini dan target utamanya adalah bagaimana pelapis-pelapis ini bisa mencari poin sebanyak-banyaknya. Dan itu cukup berhasil, juga diberikan kredit untuk mereka yang turun terutama tiga ganda yang sukses ke semifinal. Bagas/Fikri, Ana/Tiwi, dan Rehan/Lisa yang perjalanannya tidak mudah. Mereka sebelum kalah di semifinal, menunjukkan penampilan yang luar biasa," papar Rionny melalui siaran pers Humas PP PBSI, Selasa (6/2).
"Rehan/Lisa contohnya berhasil mengalahkan Goh/Lai yang secara peringkat lebih tinggi. Selain itu, mereka juga sukses membalas kekalahan di Indonesia Masters atas wakil Denmark Jesper Toft/Clara Graversen," Rionny, menambahkan.
Rionny menegaskan, evaluasi akan selalu ada. Namun, ia juga meyakini, grafik permainan anak-anak asuhnya semakin membaik. "Tidak mudah bermain di empat turnamen beruntun terutama dari fokus dan pikirannya. Ini sulit menjaganya agar tetap prima. Kalau dari fisik dan teknik pasti ada pengaruh juga tapi ini lebih mudah disiasati," demikian Rionny.
Sejak kali pertama digelar pada 2016, Indonesia selalu meloloskan minimal satu wakil ke final Thailand Masters. Lima gelar juara sukses diraih oleh empat wakil "Merah Putih", yaitu Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Tommy Sugiarto, Fitriani, dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Namun, pada edisi tahun ini, Indonesia tak memiliki satu pun wakil di partai puncak.
Pada tahun ini, tiga pasangan Indonesia kalah dua gim langsung di semifinal dari lawan-lawan asal China dan Thailand.