“Di game pertama sudah benar mainnya, pengembalian pertama kedua sudah tahu dan nyambung pokoknya. Tetapi setelahnya kami keduluan terus, keserang terus. Game ketiga kami coba adu drive, soalnya stamina Tan kelihatan menurun, jadi kami kuat-kuatan saja,” jelas Berry.
“Saat melawan senior sebetulnya lebih lepas, kami ingin membuktikan kalau kami bisa mengalahkan pasangan senior,” tambah Hardi.
Ditambahkan Berry/Hardi, pasangan senior ini sebetulnya cukup berbahaya, apalagi secara individu kualitas permainan mereka sudah tidak diragukan lagi. Namun rotasi permainan Hendra/Tan masih menjadi titik lemah pasangan ini, maklum saja, Hendra/Tan baru saja berpasangan di awal tahun 2017.
“Perbedaannya Hendra/Tan dan Hendra/(Mohammad) Ahsan sih mungkin di rotasinya, kalau Hendra/Ahsan sudah sering latihan dan sama-sama tahu porsi masing-masing. Kalau Hendra/Tan mungkin karena belum sering latihan bersama, jadi rotasinya agak kagok,” kata Berry.
Saat adu setting, Berry tampak berbisik kepada Hardi sebelum melakukan servis. Apa yang disampaikan Berry kepada rekannya tersebut?
“Waktu itu saya bilang kalau kami jangan mikir lain-lain dulu, fokus saja, habis servis Hardi jaga depan, saya jaga belakang, siap terus, kakinya bergerak terus, jadi saling mengingatkan biar nggak lupa,” beber Berry.
Di babak perempat final, Berry/Hardi akan berhadapan dengan Hiroki Okamura/Masayuki Onodera. Pasangan asal Jepang ini melaju ke babak perempat final hanya dengan kemenangan satu game saja setelah lawan mereka, Hoon Thien How/Teo Kok Siang (Malaysia), mundur di game kedua dengan skor akhir 21-15, 0-0.
“Pasangan Jepang ini biasanya banyak memberi pukulan-pukulan memanjang ke belakang, kami harus mewaspadai hal ini,” ucap Hardi.