Menurut Minarti, kegagalan Ruselli pada pertandingan kali ini dikarenakan kurang beraninya mengambil keputusan saat kondisi sedikit tertekan. “Hari ini mestinya Ruselli nggak jelek, dia sudah bermain cukup baik. Tapi memang harus diakui dia kurang berani mengambil keputusan, padahal sudah sering saya ingatkan untuk lebih berani mengambil keputusan dalam kondisi apapun,” kata Minarti Timur kepada Djarumbadminton.com.
“Sebetulnya Ruselli sudah menjalankan instruksi yang saya berikan, tapi sayangnya dia terbawa tempo permainan lawan. Di pertandingan tadi lawan sedikit memperlambat tempo permainan dan Ruselli tertarik ke permainan itu. Seharusnya tidak boleh. Di kejuaraan ini harusnya Ruselli bisa dapat,” lanjutnya menambahkan.
Lebih lanjut Minarti mengatakan, selain karena kurang berani mengambil keputusan, faktor penguasaan lapangan juga menjadi poin yang cukup penting pada kejuaraan kali ini. Sebab menurutnya, persaingan di nomor tunggal putri sudah hampir sama dan merata, jadi siapa yang lebih siap dan lebih menguasai lapangan, dialah yang akan bertahan di kejuaraan ini.
“Saya rasa persaingan di kejuaraan ini sudah seimbang dan hampir sama semuanya. Di sini memang penguasaan lapangannya susah. Kondisi angin dan shuttlecock-nya nggak bisa diprediksi, selalu berubah-ubah. Walaupun sebenarnya tidak boleh dijadikan alasan, tapi memang itu yang menjadi kendala awalnya,” jelasnya.
“Intinya siapa yang bisa lebih cepat menyesuaikan dengan kondisi dia yang akan menang. Seperti Aurum misalnya, di babak pertama dia bisa menguasai lapangan dengan sangat baik. Hasilnya dia bisa mengalahkan unggulan pertama,” tutupnya.
Sektor tunggal putri Pelatnas PBSI menurunkan empat wakilnya ke ajang Yuzu Indonesia Masters 2019 BWF Tour Super 100 ini. Selain Ruselli, Minarti sudah lebih dulu kehilangan dua anak asuhannya, yakni Choirunnisa dan Bening Sri Rahayu di babak pertama. Dengan tersingkirnya tiga wakil di atas, maka sektor tunggal putri Pelatnas PBSI menyisakan Aurum Oktavina Winata yang baru akan bertanding malam nanti kontra wakil Vietnam, Nguyen Thuy Linh.