“Artinya kalau mereka-mereka (atlet) yang sudah lama tidak bertemu keluarga, dan izinnya pulang ke rumah, tidak kemana-mana (ya boleh),” kata Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto dilansir detikSport.
“Tapi prioritasnya ketemu keluarga, lho, ya. Karena kalau sampai ke luar kota, mereka harus karantina dulu. Selain itu, kalau mau pulang, proses perizinannya juga tak mudah,” sambungnya menambahkan.
Lebih lanjut Budiharto menjelaskan, ada tiga lapis izin yang wajib dilewati para atlet bila ingin pulang ke rumah. Pertama, setiap atlet harus memiliki surat izin dari kepala pelatih sektor yang bersangkutan. Kedua, izin dari dokter Pelatnas PBSI. Dan terakhir harus mendapatkan izin dari Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti.
“Jika dari pelatih dan dokter memberi izin, tapi kabid binpres (Susy Susanti) tidak, tetap tidak bisa pulang. Tapi mereka sih rata-rata masih ada di asrama karena kalau mau pulang prosesnya tidak mudah. Artinya, secara prinsip sama. Kalau mereka kangen rumah, ya boleh, tapi izinnya yang tiga lapis tadi,” jelasnya.
Sejak pandemi COVID-19 menyeruak hampir di seluruh penjuru dunia bahkan Indonesia, PP PBSI langsung menerapkan aturan super ketat untuk para penghuni Pelatnas. Tentunya, hal tersebut dilakukan demi menjaga kesehatan para atlet.
Selepas kejuaraan All England 2020 BWF World Tour Super 1000, pertengahan Maret lalu, seluruh atlet Pelatnas diwajibkan menjalani karantina mandiri. Bahkan beberapa diantara mereka harus merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah di Pelatnas demi menjaga kondisinya tetap fit.