Yang menarik, bersama Hendra Setiawan, Ahsan menjadi juara di All England 2019 BWF World Tour Super 1000 ketika usianya sudah tak lagi muda. Saat itu Ahsan berusia 31 tahun, sedangkan Hendra 34 tahun. Sebuah usia yang sangat senior untuk ukuran pebulutangkis.
“Sebenarnya semua (turnamen) berkesan. Tapi yang paling berkesan, karena ada momennya ya di All England 2019 kemarin. Karena istilahnya kita seperti sudah selesai, sudah dianggap nggak bisa bersaing lagi. Mungkin kita juga merasa sudah cukup senior. Dan juga sempat turun dari bawah sampai akhirnya bisa bangkit dan juara lagi di turnamen yang besar. Jadi itu titik balik juga buat kita,” ungkap Mohammad Ahsan dalam bincang-bincang virtual bersama PP PBSI.
2019 boleh dibilang menjadi tahun yang fenomenal buat Hendra/Ahsan. Bagaimana tidak. Selain menjadi kampiun di ajang All England 2019 BWF World Tour Super 1000, The Daddies juga sukses menyabet titel Juara Dunia untuk ketiga kalinya. Bahkan sebagai penutup keindahan di 2019, Hendra/Ahsan berhasil juara pada ajang BWF World Tour Finals di Guangzhou, Tiongkok.
“Setiap kita datang ke pertandingan, pasti maunya yang terbaik. Nggak mikir sampai juara, tapi mau step by step saja. Apalagi kekuatannya sudah merata sekarang ini. Dan kita juga belum mendapatkan gelar yang besar lagi semenjak kembali berpasangan. Kita berusaha dan berdoa saja,” tuturnya.
Tarik mundur ke empat tahun lalu, tepatnya pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Hendra/Ahsan harus menerima pil pahit dengan tersingkir di fase penyisihan grup. Saat itu, The Daddies memang dianggap sudah habis. Mereka pun lantas berpisah. Namun singkat cerita, Ahsan dan Hendra akhirnya kembali menjadi pasangan pada 2018 lalu hingga saat ini dengan status ganda putra ranking dua dunia.