"Kami pasti ingin berprestasi di sana. All England seperti membuat hati kami 'terbakar', tetapi kami harus bisa mengontrol (ambisi)," kata peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 ini, mengutip laporan Kompas, Kamis (2/3).
"Saat atlet punya keinginan juara dan itu tidak bisa dikontrol, efeknya bisa buruk," Apriyani, menambahkan.
Media harian tersebut mencatat, baik Apri maupun Fadia pernah tampil di All England. Apri bermain bersama Greysia Polii pada 2018, 2019, 2020, dan 2022. Sementara, Fadia berpasangan dengan Ribka Sugiarto di All England 2020.
Apriyani mengakui, sebagai turnamen bulu tangkis tertua di dunia, atmosfer yang dimiliki All England jelas berbeda. Semua pebulu tangkis dunia ingin menjadi juara di turnamen tersebut. Sementara, Fadia, yang dalam obrolan lebih banyak mendengarkan seniornya itu, menyatakan bahwa keinginan menggebu-gebu untuk menjadi juara dapat membuat atlet kehilangan fokus bermain, meski baru bertanding di babak pertama.
Hal tersebut dialami Greysia/Apri pada 2018, kala tersisih di babak pertama setelah ditaklukkan pasangan kakak-beradik Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva dengan straight games 11-21, 19-21 dalam tempo 48 menit. "Saat itu, saya bilang pada diri sendiri harus juara All England. Namun, saya justru 'tidak bisa' main pada babak pertama karena tidak fokus pada permainan," ungkap Apriyani.
All England 2023 yang diikuti Apriyani/Fadia dan 15 wakil "Merah Putih" lainnya, berlangsung di Birmingham, Inggris, pada 14-19 Maret.