Pertemuan perdana antara Komang Ayu dan pebulu tangkis dengan jam terbang tinggi itu ditonton Kusdianto bersama para koleganya melalui layar proyektor putih di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Buleleng. Kusdianto tak menarik muka kaget ketika melihat hasil yang dicapai putrinya di kejuaraan beregu bergengsi itu. "Saya maklumi dia kalah," tuturnya.
Kusdianto paham betul, dari cara bermainnya, Komang Ayu telah mengeluarkan kemampuan terbaiknya bagi "Merah Putih". "Lawannya atlet peringkat tiga dunia. Sedangkan anak saya masih peringkat 203. Saya tetap bangga," ucapnya, seperti diwartakan Tribun Bali.
Lain Kusdianto, lain pula dengan Wayan Asih Sumberliani, 54 tahun. Ibu dari Komang Ayu ini memilih menghindar dari layar kaca maupun perangkat telepon seluler, tatkala anaknya lagi bertarung di arena bulu tangkis. "Istri saya tegang," ujar si suami, terkekeh. "Daripada sakit, ya saya bilang jangan dah nonton. Cukup doakan saja yang terbaik untuk Komang," Kusdianto, menambahkan.
Komang Ayu berasal dari Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng. Bulu tangkis adalah kegiatan yang digemarinya sejak umur tujuh tahun. Ketertarikannya dengan olahraga pukul bulu ini bermula dari pengamatan terhadap kakaknya, Kadek Bayu Kusuma, langganan juara hingga mencatatkan prestasi sebagai salah satu atlet bulu tangkis terbaik di Pulau Dewata pada medio 2015.
PB MKS Buleleng adalah klub pertama Komang Ayu. Ia bergabung ketika masih berseragam merah hati dan putih. Dengan talenta yang dimiliki serta bekal gelar juara Pekan Olah Raga dan Seni Pelajar hingga Olimpiade Olahraga Siswa Nasional, Kusdianto memberanikan diri untuk mengantarkan putrinya ke Surabaya untuk mengikut Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis di GOR Sudirman.
Komang Ayu mendaftar sebagai peserta U15. Tim Audisi Umum yang dipimping Fung Permadi meloloskan Komang Ayu dan dua rekannya pada kelompok umur yang sama. Sekadar catatan, Mutiara Ayu Puspitasari dari Ngawi, Jawa Timur, adalah salah satu peserta U13 yang lolos Audisi Umum di kota pahlawan tersebut. Kini, Komang Ayu dan Mutiara tinggal satu atap di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta.
Pada tahun yang sama, Komang Ayu, yang kala itu tengah menempuh pendidikan di SMPN 1 Singaraja, berhasil meraih beasiswa bulu tangkis Bakti Olahraga Djarum Foundation. Ia menembus Tahap Screening serta berbagai babak pada Audisi Umum dan tercatat sebagai satu-satunya wakil Bali yang resmi menjadi atlet PB Djarum pada tahun 2016.
Komang Ayu pun pindah dan bersekolah di Kudus, Jawa Tengah. Lantaran kesibukannya, Kusdianto mengakui jika putrinya itu jarang mudik. Baik ketika di Kudus maupun di Cipayung, hanya dua kali dalam setahun Komang Ayu pulang ke kampung halaman. Dengan seabrek kegiatan sebagai atlet bulu tangkis nasional, wanita yang lahir pada 21 Oktober 2002 ini juga berupaya menempa pendidikan tinggi dan kini berada di semester dua jurusan hukum Universitas Terbuka.
Nah, di Buleleng, meski hanya bermodalkan tontonan langsung via televisi atau situs berbagi video YouTube, Kusdianto dapat berbicara panjang lebar mengenai performa maupun prestasi putrinya sebagai pemain tunggal di gelanggang nasional maupun pentas dunia. Baik sejak go international pada 2017, PON Papua 2021, hingga Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2022 di Manila, Filipina. "Anak saya memang khusus pemain single putri," ujarnya, bangga.
Begitu pula ketika hendak masuk ke arena pertandingan. Kusdianto adalah orang yang diajaknya berbicara, walau hanya melalui aplikasi percakapan telepon seluler. "Setiap bertanding dia selalu chat saya, minta doa," tuturnya, dalam artikel dengan kepala berita Kisah Komang Ayu, Pebulutangkis Asal Buleleng yang Masuk Perempat Final Uber Cup 2022 tersebut. Hal hampir serupa juga dilakukan Komang usai bertanding, terlepas papan skor menunjukkan hasil kalah atau menang.
Meski punya kemauan keras serta sikap optimistis, acap kali Kusdianto menemukan putrinya menangis setelah gagal mencapai kemenangan dalam pertandingan. "Kalau kalah, dia merasa kok permainannya seperti itu? Padahal, dia bisa mengimbangi lawannya," katanya. "Ya saya tenangkan. Saya bilang, 'sabar, mungkin belum saatnya untuk menang. Harus berlatih lagi'," demikian Kusdianto.