Hingga era bulu tangkis modern saat ini, Indonesia konsisten "mengekspor" pelatih ke luar negeri. Moamar Qadafi dan Flandy Limpele adalah dua nama di antara para pelatih Indonesia yang melanglang ke mancanegara dan mampu mencuri perhatian publik Tanah Air saat perhelatan Olimpiade Tokyo 2020.
Qadafi sukses mengawal atlet bulu tangkis Guatemala, Kevin Cordón, hingga semifinal Tokyo 2020. Meski gagal meraih medali, pencapaian Cordón ke semifinal Tokyo 2020 merupakan pencapaian tertingginya, setelah berkali-kali bertarung di pesta olahraga dunia itu sejak tahun 2008. Sementara, Flandy berhasil mengantarkan ganda putra Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, meraih medali perunggu Tokyo 2020.
President Director Djarum Foundation Victor R Hartono bangga dengan prestasi alumni PB Djarum yang tetap konsisten mengembangkan karier bulu tangkis mereka, meski mereka telah gantung raket. Ia juga salut dengan pencapaian Cordón di Tokyo 2020, berkat tangan dingin Qadafi. "Ini membuktikan 'sekolah' kami tidak hanya mengajarkan untuk jago main badminton, tapi juga jago mengajar. Contoh lainnya, pelatih Guatemala yang bisa membawa anak didiknya ke semifinal tunggal putra Olimpiade Tokyo," tuturnya.
"Tapi, tentu saja, di berbagai turnamen kami tetap berharap juaranya harus dari Indonesia," Victor, menambahkan.
Situs berita CNN Indonesia mencatat, selain Flandy dan Qadafi, ada 10 mantan pemain bulu tangkis yang tertarik melatih di luar negeri. Hendrawan Paulus Firman, dan Indra Wijaya, melatih di Malaysia, Mulyo Handoyo (Singapura), Rexy Mainaky (Thailand), Namrih Suroto (India), Imam Teguh (Finlandia), Davis Efraim (Irlandia), Didi Purwanto (Hongaria), serta Indra Bagus (Belgia)
Salah satu pahlawan Piala Sudirman 1989 yang juga alumnus PB Djarum, Rudy Gunawan, sempat mengiyakan ajakan untuk melatih bulu tangkis di Amerika Serikat (AS). Pria yang terpanggil untuk menjadi pendeta ini melatih anak-anak yang menaruh minat pada bulu tangkis, di Orange County Badminton Club di negara bagian California, AS.