"Terutama saat di lapangan yang saya lebih tekankan ke Apri adalah menahan emosi dan ego. Kita bisa melihat level Fadia berada di bawah Apri," ungkap pelatih yang akrab disapa Didi ini, seperti dilaporkan Antara, Senin (23/5)
"Tapi Apri tidak bisa memaksakan dia (Fadia) harus bisa seperti Greysia Polii atau harus seperti dirinya. Dia harus menahan emosi dan ego, dan komunikasi yang bagus ke Fadia kira-kira kurang lebihnya apa," Didi, menambahkan.
Namun, Didi mengamati, Apriyani mampu mengayomi rekannya di lapangan, bahkan selalu berusaha untuk membantu pasangannya agar tidak merasa tegang ketika bertanding.
Didi juga berharap Apriyani/Fadia bisa semakin kompak dan padu dalam setiap turnamen yang akan diikuti ke depan. Dia menargetkan anak asuhnya untuk mengikuti enam hingga tujuh turnamen sepanjang tahun ini demi mendapat posisi ranking dunia. "Alhamdulillah, mereka bisa mengatasi (tantangan) dan kita bisa melihat sosok Apri bisa membawa Fadia mengatasi rasa nervous dan tegang. Apri bisa membimbing," ucapnya.
"Masih ada setengah tahun untuk mengejar ranking dan membentuk pola permainan mereka," tambah Didi.
Sementara, Fadia, junior Apriyani di pelatnas, mengaku canggung pada awal-awal pertandingan final melawan Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aimsaard, ganda putri Thailand berperingkat 28 dunia. Namun, diakuinya pula, tandemnya yang juara Olimpiade itu memiliki andil besar dalam mengembalikan kepercayaan dirinya. "Pertama-tama grogi. Tapi balik ke diri sendiri bahwa saya bisa. Percaya diri," katanya, melalui siaran pers Humas PP PBSI, Minggu (22/5).
"Kak Apri selalu yakinkan saya, itu yang membuat saya yakin," demikian Fadia.