“Ada perbedaan antara pemain putra dan putri. Yaitu pola pikir. Itu yang masih menjadi kendala utama kami di sektor ganda putri. Sebenarnya, saya sangat setuju kalau mereka main rangkap (di ganda putri dan campuran, red) untuk membooster,” kata Eng Hian dalam bincang-bincang virtual yang diadakan PP PBSI.
“Tapi itu (main rangkap) juga masih menjadi kendala yang belum bisa terealisasi dalam masa pembinaan di Pelatnas. Sayangnya masih ada kendala seperti itu karena dari awal kami (Pelatnas) sudah ada lima sektor yang terkotak-kotakkan. Ini yang belum terpecahkan,” sambungnya menambahkan.
Lebih lanjut Eng Hian berharap, andai bisa, pemain ganda putri junior sudah dibiasakan bermain rangkap di nomor ganda campuran. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan individu baik secara teknik maupun non-teknik. “Kalau bisa dari junior (main rangkap). Kalau mereka bisa menjuarai level Super 500 saja, nanti akan kelihatan, atlet tersebut potensinya dimana, apakah ganda putri atau campuran,” tuturunya.
Sebelumnya, awal tahun lalu di kejuaraan Daihatsu Indonesia Masters 2020 BWF World Tour Super 500, Eng Hian pernah memberikan kesempatan kepada Apriyani Rahayu untuk bermain rangkap di sektor ganda campuran bersama peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Tontowi Ahmad.
Berangkat dari kualifikasi, Tontowi/Apriyani berhasil menembus babak 16 besar. Sayangnya saat itu, mereka harus terhenti setelah menelan kekalahan dari pasangan Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan skor 9-21 dan 12-21.
Bahkan jauh sebelumnya, Greysia Polii juga pernah berduet dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo di nomor ganda campuran. Tepatnya pada kejuaraan BCA Indonesia Open 2014 Super Series Premier. Duet Kevin/Greysia bahkan sukses menumbangkan pasangan emas Olimpiade London 2012 atas Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yun Lei dengan skor 15-21, 21-18 dan 23-21.