“Untuk sisi fisik mereka sudah siap, tetapi ini kan turnamen besar di olahraga, bukan hanya bulutangkis dan digelar pun hanya empat tahun sekali. Jadi saya menaruh perhatian lebih pada masalah non-teknisnya,” ujar Eng Hian dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.
Meski begitu, Eng Hian tetap meminta Greysia/Apriyani untuk tidak terlalu tertekan dengan suasana persiapan Olimpiade dan harus tetap menjaga ekspektasi. “Bagaimana saya bisa menjaga mereka tidak berada di bawah tekanan atau terlalu berekspektasi tinggi, saya buat serileks mungkin seperti turnamen biasa saja,” katanya.
Lebih lanjut Eng Hian menceritakan bahwa dia turut meminta bantuan dari tim psikolog di Pelatnas PBSI untuk mendampingi Greysia/Apriyani selama persiapan hingga hari pertandingan Olimpiade tiba. “Saya juga meminta bantuan psikolog untuk membuat program serta mendampingi Greys/Apri, agar kondisi mental mereka tetap bagus dan terjaga. Juga agar mereka selalu bisa mengikis ketegangan saat pertandingan di lapangan atau saat di luar lapangan,” tuturnya.
“Saya pernah merasakan bagaimana tegangnya bermain di Olimpiade. Tegangnya bukan hanya di lapangan tapi kadang sebelum tidur juga ada rasa tegang dan kalau tidak bisa mengatasinya bisa merugikan. Itu yang saya tidak mau terjadi pada mereka, terutama Apri yang baru kali ini turun di Olimpiade,” lanjut dia menambahkan.
Greysia/Apriyani lolos ke Olimpiade dengan menempati peringkat ketujuh dalam ranking Race to Tokyo. Sejauh ini, mereka berhasil mengumpulkan total 67,805 poin dari 18 turnamen yang diikuti. Tahun ini, Greysia/Apriyani sukses menjuarai Yonex Thailand Open 2020 BWF World Tour Super 1000 dan semifinalis di kejuaraan Toyota Thailand Open 2020 BWF World Tour Super 1000.