Saat itu, di babak empat besar All England 2013, Hendra/Ahsan gagal melangkah ke partai puncak setelah kalah 12-21, 21-13 dan 17-21 dari pasangan Tiongkok, Liu Xiao Long/Qiu Zi Han. “Pertandingan tersebut mungkin kekalahan paling menyesakkan. Seharusnya kami bisa menang, tetapi malah kalah,” kenang Hendra Setiawan dalam diskusi daring dilansir BolaSport.com.
Tak ingin terus mengingat-ingat kekalahan, Hendra kemudian menuturkan bahwa kemenangan paling berkesan baginya adalah saat meraih gelar Juara Dunia 2015. Saat itu, di Istora Senayan, Jakarta, The Daddies mampu mengibarkan bendera Merah Putih tepat sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia.
“Kami menang pertandingan itu di Jakarta dan sebelum 17 Agustus. Jadi ada perasaan senang lah bisa memberi kado untuk ulang tahun Indonesia,” katanya.
Sementara itu, bagi Mohammad Ahsan, kemenangan paling berkesan adalah ketika dia dan Hendra menjuarai All England 2019 BWF World Tour Super 1000. “Buat saya kemenangan itu menjadi titik balik untuk saya dan Hendra. Awalnya kami kira sudah tidak bisa bersaing, tetapi gelar All England Open 2019 membuktikan kami bisa. Sejak saat itu saya dan Hendra jadi punya keyakinan kalau kami bisa jadi juara,” ungkap Ahsan.
Saat ini, Hendra/Ahsan berada di ranking dua dunia. Mereka masih menjadi salah satu ganda putra elite dunia yang dimiliki Indonesia selain Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.