Sebetulnya, performa Praveen/Melati di fase penyisihan Grup C sudah cukup baik. Hanya, penampilannya cenderung menurun saat bentrok dengan pasangan tuan rumah, Yuta Watanabe/Arisa Higashino. Praveen/Melati harus puas finis sebagai runner up Grup C setelah menelan kekalahan 13-21 dan 10-21 dari Watanabe/Higashino.
“Praveen/Melati tidak bisa memanfaatkan peluang dengan baik. Padahal, di grup, mereka punya kesempatan untuk menjadi juara grup. Jika menjadi juara grup, mereka bisa terhindar dari unggulan saat perempat final,” kata Richard Mainaky mengutip dari Jawapos.com.
Lolos ke perempat final, Praveen/Melati dipaksa menyerah dua game langsung dari ganda putri nomor satu dunia, Zheng/Huang dengan skor 17-21 dan 15-21. Richard mengatakan bahwa penampilan anak asuhnya itu tidak berada pada puncaknya. “Sayang sekali mereka harus bertemu di perempat final. Padahal, peluang cukup bagus andaikan juara grup. Sudah dua kali menang, ketemu Watanabe/Higashino malah tidak maksimal,” ungkapnya.
Lebih lanjut Richard menuturkan bahwa Praveen seharusnya bisa menutupi kekurangan Melati. Apalagi, Praveen sudah memiliki pengalaman tampil di panggung Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu saat masih berduet dengan Debby Susanto. Richard juga menepis jauh-juah tudingan yang menyebutkan bahwa persiapan Praveen/Melati untuk Olimpiade Tokyo 2020 kurang maksimal.
“Tidak ada lagi alasan persiapan kurang. Ada peluang, sayangnya tidak bisa diambil. Mungkin faktor beban juga karena sebelumnya Owi/Butet (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, red) juara. Memang, selain ganda putra, ada ganda campuran juga yang dilihat saat ini,” tuturnya.
Sementara itu, setelah Tokyo 2020, Richard dan Preveen/Melati akan mulai membicarakan soal Olimpiade Paris 2024 mendatang. Sebab, waktunya tiga tahun lagi. Tapi sebelum ke sana, Richard akan melakukan evaluasi besar-besaran untuk juara All England 2020 BWF World Tour Super 1000 itu.
“Mulai dari sekarang selektif, maunya seperti apa, mengulang lagi persiapan, latihan dan mau bangkit untuk mencapai hasil yang lebih besar. Kalau bisa menjaga komitmen latihan, disiplin, jaga fisik dan kedewasaan, saya rasa itu bisa. Kita lihat seperti Hendra/Ahsan. Mereka profesional. Kalau tidak bisa seperti itu, ya berat. Jadi, harus diubah total kalau mau main terus,” tandasnya.