“Dengan segala kritik yang ada, Jonatan dan Anthony bisa menjawab kritik dengan kerja keras dan pembuktian. Ini bisa jadi titik balik buat mereka, mereka sebenarnya mampu, tinggal keyakinan dan keberanian, strategi, itu yang lebih dimatengin lagi, sehingga prestasinya bisa lebih konsisten,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti.
Susy melihat hasil manis ini sebagai sinyal positif dalam grafik performa dua tunggal putra andalan Indonesia tersebut. Meski begitu, Susy berharap Jonatan dan Anthony bisa tampil lebih konsisten dan meningkatkan capaian ke level yang lebih tinggi, seperti di level super 500, super 750 dan super 1000.
“Kita pun menganggap ini bukan sesuatu yang wah banget kok, kita berharap mereka bisa lebih stabil di tingkat yang lebih tinggi. Kita berharap peak-nya mereka di olimpiade. Proses kan akan berjalan, jam terbang, kematangan, keyakinan, memang ini yang harus dipoles terus, bagaimana mereka terus konsisten,” tuturnya.
Sebelum menjuarai Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300, Jonatan juga telah berhasil menjadi kampiun di ajang New Zealand Open 2019 BWF World Tour Super 300. Walaupun pada kejuaraan Badminton Asia Championships 2019, April lalu, tunggal putra peringkat tujuh dunia ini harus tersingkir di babak pertama, namun penampilan Jonatan di 2019 ini bisa dibilang lebih baik ketimbang tahun lalu saat dirinya mengalami penurunan performa pasca merebut medali emas Asian Games 2018.
Lebih lanjut Susy berharap dua gelar juara di level super 300 yang berhasil diraih Jonatan bisa menjadi batu loncatan untuk berprestasi di level yang lebih tinggi lagi. Anthony pun sudah pernah meraih titel tertinggi di China Open 2018 BWF World Tour Super 1000, September lalu. Sempat menurun, namun Anthony mulai bangkit dengan menembus final turnamen Singapore Open 2019 BWF World Tour Super 500 dan Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300.
“Jonatan dan Anthony sudah pernah juara di level atas tapi masih belum konsisten. Menurut saya, sekarang pemain yang paling stabil dapat gelar ya Momota, dari berapa pemain yang benar-benar bisa konsisten ya dia. Kalau maunya menang-menang terus, mungkin seperti Lin Dan dan Lee Chong Wei, seperti itulah juara sejati, bagaimana bisa konsisten mempertahankan posisi di puncak. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juga bisa konsisten, dan sekarang saat persaingan semakin ketat begini, bisa saja kalah dan menurun. Itulah, untuk bisa ada di atas terus itu tidak gampang,” tandasnya.
Sementara itu, sebelumnya di turnamen Malaysia Open 2019 BWF World Tour Super 750, Jonatan harus terhenti di semifinal setelah kalah 21-12, 10-21 dan 15-21 dari peraih emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chen Long. Sepekan setelahnya, Jonatan harus tumbang di babak perempat final Singapore Open 2019 BWF World Tour Super 500 lewat kekalahan 24-22, 18-21 dan 22-24 atas Juara Dunia 2017 asal Denmark, Viktor Axelsen.