Legenda bulutangkis Indonesia yang pernah tiga kali menjuarai Piala Thomas pada edisi 1998 di Hong Kong, 2000 di Indonesia dan 2002 di Tiongkok, Sigit Budiarto mengatakan bahwa tim putra Merah Putih harus mewaspadai semua lawan di babak penyisihan grup.
“Buat saya, yang penting lolos grup dulu. Kemudian lawan-lawan di grup yang dihadapi juga perlu diwaspadai. Seperti Taiwan, karena di Olimpiade (Tokyo 2020) mereka hasilnya juga bagus, untuk gandanya. Tim Indonesia punya waktu untuk mempersiapkan diri. Para pelatih pastinya sudah mengetahui kekuatan masing-masing,” kata Sigit Budiarto mengutip dari pbdjarum.org.
Sudah 19 tahun Piala Thomas lepas dari pelukan Indonesia. Setelah edisi 2002, tim putra Indonesia harus puas finis sebagai runner up pada 2010 di Malaysia dan 2016 di Tiongkok. Selebihnya berakhir sebagai semifinalis, termasuk pada Piala Thomas 2018 di Bangkok, Thailand.
Kali ini, dengan materi pemain yang bisa dibilang cukup komplit, tim putra Indonesia punya peluang untuk membawa pulang Piala Thomas ke Tanah Air. “Bisa atau tidak, kemungkinannya pasti ada. Tim kita pasti memiliki persiapan yang baik. Karena event beregu itu tidak sama dengan perorangan, pressure-nya kurang lebih sama seperti Olimpiade,” tutur pelatih PB Djarum itu.
Di sektor ganda, Indonesia memiliki tiga pasangan yang berada di peringkat 10 besar dunia. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan bertengger di peringkat satu serta dua dunia. Sementara di ranking tujuh dunia ada pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Lalu di nomor tunggal, Anthony Sinisuka Ginting berada di rangking lima dunia, disusul Jonatan Christie di peringkat tujuh dunia. Selain itu, ada pula Shesar Hiren Rhustavito yang berdiri di nomor 19 dunia. Meski demikian, sampai saat ini PP PBSI belum memutuskan nama-nama yang akan diturunkan di Piala Thomas dan Uber 2020 mendatang.