Dalam siaran pers yang diterbitkan PP PBSI, Owi berharap besar bila para juniornya bisa melanjutkan perjuangan serta kejayaan ganda campuran Indonesia di kancah dunia. “Mudah-mudahan apa yang saya dan ci Butet (Liliyana) capai bisa memotivasi para pemain muda. Dan yang penting itu, harus punya mindset seorang juara, yaitu jangan pernah puas. Sekarang juara, besok kejar gelar lagi. Kalau ada target, latihan juga jadi lebih semangat,” kata Tontowi Ahmad.
Owi/Butet telah mempersembahkan banyak gelar juara untuk Indonesia, di antaranya medali Emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, dua titel Juara Dunia (2013 dan 2017), pencetak hattrick di ajang All England (2012, 2013 dan 2014) serta 27 gelar World Tour. Bahkan hingga Mei 2018 lalu, Tontowi/Liliyana tercatat masih sebagai ganda campuran nomor satu dunia.
Meski belum lama memutuskan pensiun, namun secara tidak sadar Owi mengaku masih merindukan suasana bertanding. Di tengah tidurnya, pebulutangkis jebolan PB Djarum Kudus itu mengatakan bila ia sering terbangun dan merasakan ketegangan seolah akan memainkan partai final.
“Memutuskan untuk pensiun itu rasanya campur aduk. Saya sudah lama menjalani hidup sebagai atlet bulutangkis. Di satu sisi lega karena ada waktu buat keluarga, tapi ada rasa kangen mau main badminton lagi,” ungkapnya.
“Saya sempat tanya juga, ternyata ci Butet nggak pernah mengalami, jadi mungkin tiap pemain beda-beda ya, ha ha ha. Tapi yang pasti momen juara itu kan hal terbaik dalam hidup saya, saya bisa mewujudkan cita-cita saya dan orangtua saya yang mau anaknya dapat emas Olimpiade, juara dunia dan juara All England, saya bersyukur bisa membuat keluarga saya bangga,” lanjutnya menambahkan.
Walaupun sudah mengoleksi sejumlah gelar juara, namun Tontowi dan Liliyana masih belum berhasil mendapatkan medali emas di ajang Asian Games. Pada 2014 lalu di Incheon, Korea, Owi/Butet finis sebagai runner up, sedangkan pada Asian Games 2018 di negeri sendiri, pasangan ini harus puas dengan raihan medali perunggu.
“Nggak ada yang bikin penasaran, nggak apa-apa belum rezeki dapat emas Asian Games, tapi kan sudah dapat emas Olimpiade yang levelnya lebih tinggi. Saya tetap bersyukur,” tuturnya.
Lebih lanjut Tontowi juga bersyukur bisa dipertemukan dengan sosok-sosok yang berpengaruh dalam perkembangan karier bulutangkisnya seperti Liliyana serta sang pelatih, Richard Mainaky. “Memang saya banyak belajar dari ci Butet, prinsipnya dia itu kalau sekarang juara, besok bukan juara lagi, kita harus selalu mengejar gelar. Kalau kak Richard sih semua tahu ya, beliau adalah pelatih bertalenta, saya bahkan sering memanggilnya Suhu,” jelasnya.