“Bisa lolos ke semifinal rasanya bersyukur. Karena awalnya saya nggak ada target. Mudah-mudahan dengan kemenangan ini bisa mengembalikan kepercayaan diri saya yang lagi menurun. Soalnya mental saya masih belum bisa konsisten. Apalagi tahun depan sudah harus bermain di level taruna,” ungkap Made Dinda Windiasari usai pertandingan.
Gadis cantik kelahiran Depok, 11 Juni 2002 ini mengaku tak ingin kalah meski harus bertanding dengan rekan satu klubnya. Dinda punya motivasi tersendiri saat bertanding dengan lawan yang usianya berada di bawah dirinya. “Kalau bertanding sama yang umurnya di bawah saya selalu ada tekanan untuk harus menang. Dari awal masuk lapangan saya sudah harus yakin, percaya sama kemampuan sendiri dan main maksimal pastinya. Apalagi saya punya tekad tidak mau kalah dari pemain yang lebih muda,” jelasnya.
Meski begitu, pebulutangkis yang baru saja bergabung dengan PB Djarum Kudus pada Juli lalu ini mengakui jika Mutia memiliki permainan yang tak kalah baik dari dirinya. “Di latihan kita sering bertemu. Saya tahu Mutia tangannya bagus. Dia punya pukulan dan gerakan-gerakan tipuan yang bagus juga. Tapi saya unggul power dari dia. Makanya saya bisa menang,” katanya.
Di babak semifinal Djarum Sirkuit Nasional Bali Open 2018, Dinda akan berhadapan dengan unggulan pertama tunggal remaja putri asal PB Mutiara Cardinal Bandung, Saifi Rizka Nurhidayah. Kedua pebulutangkis ini sudah pernah bertemu di kejuaraan Djarum Sirkuit Nasional Premier Jakarta Open 2018 lalu. Pada pertemuan itu, Dinda kalah dua game langsung.
“Terakhir ketemu Saifi saya kalah. Mudah-mudahan besok bisa membalas kekalahan yang kemarin. Makanya harus lebih mempersiapkan diri lebih matang lagi, ditingkatkan fokusnya dan nggak boleh banyak mati sendiri. Selain itu saya harus siap capek untuk pertandingan besok,” pungkasnya.