“Dua partai meleset dari perkiraan, seharusnya dari dua tunggal ada yang menang satu. Tapi di partai keempat pun sudah dapat hasilnya, tidak lolos ke semifinal. Pemain muda masih dibawah performa, mereka baru lepas dari U-19. Menghadapi senior masih canggung, nggak bisa maksimal. Tapi hari ini ada peningkatan dan ada penyegaran juga, perubahan pasangan ganda putri,” ujar Manajer Tim PB Djarum Kudus, Fung Permadi.
Satu-satunya poin kemenangan buat PB Djarum berhasil dipersembahkan kombinasi anyar Ribka Sugiarto/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang menang 21-18, 17-21 dan 21-15 atas Maretha Dea Giovani/Yulfira Barkah. Fung mengatakan, kombinasi Ribka/Fadia di laga yang penting nyatanya mampu memberikan hasil memuaskan.
“Karena dari dua pertandingan terakhir sektor ganda tidak dapat hasil yang memuaskan. Kemudian saya dapat masukan dari Rudy Gunawan (Pelatih Ganda Putri PB Djarum) yang sehari-hari di pelatnas, untuk membongkar pasang Febriana/Ribka dan Agatha/Fadia. Memang nanti di pelatnas ada wacana mereka mau diubah pasangannya jadi seperti ini, ya tidak ada salahnya kita coba. Walaupun belum tentu terjadi lho, perubahan ini, biar nanti pelatih yang memutuskannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Li Michelle yang turun di partai pertama harus mengakui keunggulan Gregoria Mariska Tunjung dengan kekalahan dua game langsung, 19-21 dan 14-21. Pun demikian dengan partai ketiga hingga kelima. Dinar Dyah Ayustine kalah 20-22 dan 17-21 dari Cheung Ngan Yi. Begitu juga dengan Agatha Imanuela/Febriana Dwipuji Kusuma yang tunduk 9-21 dan 16-21 atas pasangan Kim Ha Na/Eom Hye Won. Alifia Intan Nurrokhim yang turun di partai pamungkas juga belum bisa berbicara banyak. Alifia kalah 13-21 dan 16-21 dari Choirunnisa.
Pada kejuaraan Djarum Superliga Badminton 2019 ini, skuat putri PB Djarum Kudus hanya merekrut satu tenaga pemain asing untuk memperkuat tim, yakni Li Michelle. Selebihnya komposisi tim putri PB Djarum Kudus dihuni pemain-pemain muda dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah pengalaman bertanding, khususnya di nomor beregu.
“Melalui komposisi mayoritas pemain muda, kita mau memberikan pelajaran, bahwa inilah yang terjadi, kita selalu dituntut untuk berprestasi setinggi mungkin, tidak peduli usianya berapa. Memang ini jadi tekanan, tapi dari sisi lain, kita mau membina mereka agar punya mental juara. Mental juara itu dibentuk dari tekanan, bukan buaian dan sesuatu yang nyaman, inilah yang bisa memperkuat karakter mereka nantinya,” tutupnya.