Peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu berhasil keluar sebagai juara, setelah di laga final tadi, mampu mendudukan wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan kemenangan telak dua game langsung 21-17 dan 21-8 dalam waktu 38 menit.
''Senang sekaligus sedih karena ini untuk terakhir kalinya saya tanding di Indonesia Open. Seneng bisa ngasih gelar juara lagi dan mitos Istora angker buat owi/butet (tontowi/Liliyan) itu udah lewat, udah dibayar lunas,” ungkap Liliyana usai laga.
''Akhirnya setelah sekian lama kita bisa juara, Alhamdulillah. Yang pasti kita bersyukur pada tuhan di kasih kesehatan, di kasih kesempatan buat juara lagi disini. permainan tadi sih pertama tegang ya maksudnya banyak penonton, tapi dalam hati saya ada keyakinan untuk memenangkan pertandingan ini karena, pola permainan kita bisa diterapin,'' ungkap Tontowi.
Sebelumnya, Tontowi/Liliyana mampu tembus final Indonesia Open yang digelar di Istora pada tahun 2011 dan 2012. Saat itu mereka harus mengakui keunggulan lawan-lawannya dan finis di posisi kedua.
Kemudian mereka kembali berhasil menjajaki partai final Indonesia Open untuk ketiga kalinya pada tahun 2017 lalu. Meskipun mereka akhirnya bisa menjadi juara, namun kala itu turnamen tak digelar di Istora, dan menambah kuat anggapan banyak orang jika Tontowi/Liliyana benar-benar mendapatkan “Kutukan” tak bisa juara Indonesia Open di Istora.
“Hari ini walaupun lawannya malaysia dengan head to head 9-1, tapi apapun itu bisa terjadi , jadi kita dari awal fokus, terus saya juga flashback nonton waktu saya terakhir ketemu mereka juga saya pelajarin dan saya terapkan tadi. Dari pelatih juga sama seperti yang saya nonton dan diterapkan, kita bisa menang dan pasangan Malaysia nya juga liat begitu luar biasanya penonton di Istora tadi, pastilah agak keganggu. apalagi kemarin saya baca statmennya Goh Liu Yung bahwa akan melawan satu Stadium.'' Jelas Liliyana.