Berstatus sebagai negara batik, memang sudah sepatutnya Indonesia memperkenalkan warisan bangsa itu kepada dunia melalui event olaraga internasional seperti BIOSSP. Terlebih, sesuai dengan tema turnamen "Spirit of The Nation" Indonesia ingin menjadi negara yang dikenal dengan batiknya.
Seperti yang terlihat pada hari semifinal (Sabtu, 21/6), dimana para wasit dan hakim servis mengenakan seragam batik saat bertugas. Dan, wasit berbatik itu masih berlanjut hingga babak final BIOSSP, Minggu (22/6).
“Tahun ini kami mencari sesuatu yang baru, karena ini merupakan tahun pertama dengan sponsor baru. Kami tidak ingin hanya ada euforia dari nuansa warna Merah berubah jadi Biru, tapi ingin ada yang lain,” ujar Mimi Irawan, Wakil Manajer Turnamen BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014.
Sambutan positif dari federasi bulutangkis dunia (BWF) yang menganggap seragam batik untuk tujuh wasit dan enam hakim servis ini menambah nilai plus dari turnamen berhadiah total 750 ribu dollar AS ini. Tak hanya dari BWF, pujian juga datang dari beberapa wasit yang berasal dari luar negeri.
"Minimal, kalau prestasi belum sesuai yang diharapkan, paling tidak kami dikenal sebagai penyelenggara turnamen terbaik di dunia,” pungkas Mimi.
Tak berhenti sampai di sini, Indonesia akan terus mencari inovasi-inovasi baru di penyelenggaraan tahun berikutnya, bukan cuma di ajang Indonesia Open, tetapi juga BWF World Championships yang akan berlangsung pada 9-16 Agustus 2015 di Jakarta.