Sebelumnya, Lindaweni Fanetri, Aprilia Yuswandari, Hera Desi dan Hanna Ramadhini tersingkir terlebih dahulu daru perebutan tempat di babak kedua. Kekalahan para srikandi Merah Putih itu makin memperjelas level para pemain tunggal putri Indonesia di kancah bulutangkis dunia.
Mantan pemain tunggal putri nasional, Yuni Kartika mengatakan, drawing yang didapat para pemain tunggal putri Indonesia memang berat dan tidak menguntungkan. Tapi, hal itu tidak semena-mena jadi kambing hitam atas kekalahan tersebut.
"Itu faktanya. Tapi persaingan di tunggal putri saat ini memang terbilang ketat. Kekuatan para pemain dunia sudah merata, jadi kita harus siap mau ketemu siapa saja," kata Yuni.
"Menurut saya, anak-anak sudah bermain baik, terutama Bella. Sayang, di masih dihantui cedera," akunya.
Secara mental, Yuni menyebut sebenarnya anak-anak telah mengalami sedikit kemajuan setelah pulang dari Uber Cup di India beberapa waktu lalu. Namun, masih banyak yang harus dibenahi.
"Tak hanya mental, tapi cara bermain juga penting. Mereka suka telat untuk merubah strategi permainan dan kurang cepat membaca lawan," ujarnya seraya menyebut peran psikolog dan pelatih menjadi bagian penting untuk masalah ini.
Sementara itu, Bella sendiri mengaku sebenarnya strategi yang digunakannya sudah tepat. Dia mencoba main bertahan saat kalah dari pemain Thailand, Busanan Ongbumrungpan 21-15, 14-21, 9-21, Rabu (18/9).
"Awal set ketiga angkle kirim mulai terasa sakit. Tangan kalau mau memukul bola berasa keram, jadi gerak saya agak terbatas," kata Bella.
Dijelaskan Bella, rasa sakit itu hanya terjadi saat dirinya berada di lapangan. Tapi, dia juga tak menampik jika dirinya tegang saat menghadapi Ongbumrungpan.
"Pastinya kecewa, karena target saya adalah masuk delapan besar. Padahal secara fisik saya jauh lebih siap," tutupnya.